Jumat, 30 Januari 2015

Mereka sebenarnya adalah keraguan, tanpa tujuan, seperti iya seperti enggan, mengikuti alur hujan, yang sebenarnya bukan keinginan.

Mereka adalah sebuah perjalanan, mengalir dengan sebuah ketidaksengajaan. Tanpa rencana, begitu saja ada. Terus melaju, berharap bongkahan binar berlian mampu menyelinap dihati dan memberi sinaran. Lalu, kedua ujung bibir menyudut kekanan dan kekiri.

Mereka adalah sebuah bayangan yang tak diduga, gemuruh yang ingin membuncah, tumpah ruah dan membanjiri dunia dengan teriakan riang dan lompatan-lompatan kecil. Didepan mata sudah terlihat pancaran tawa dan... ahh... bayangkan saja rasanya ketika kita mengharap hadiah yang kita dambakan dan hadiah itu lebih indah dari yang kita harapkan.. iya, persis. Rasanya seperti itu.

Dan, akhirnya...  





Mereka adalah hembusan angin yang menentramkan, lautan luas menyelimuti bumi,  deburan ombak yang berlomba-lomba, langit. Langit yang menaungi dengan biru lembutnya. Oh iyaa, pasir. Pasir putih.

Gemuruh itu kemudian lepas dari bendungannya. Benar, teriakan riang dan lompatan-lompatan kecil. Sesuatu yang indah didepan mata. Menghela nafas kemudian melepasnya dengan hembusan cinta dan syukur. Memejamkan mata kemudian membukanya dengan kerlingan manja. Ini luar biasa.

Permainan dimulai. Berkejar-kejaran dengan air, bercengkrama dengan pasir, mengikuti arus bahagia mereka yang bahagia saat itu juga.

Lucu dan menyenangkan. Sebenarnya ada satu foto yang mereka berpose bebas lihat kamera, lucu dan menyenangkannya terlihat, tapi keberadaan foto itu entah. Mereka bukan orang yang kami kenal, tapi melihat kebahagiaan mereka terlewat begitu saja sepertinya sayang.



Kembali dengan suka cita yang tak terdeskripsi.

Mereka adalah karang yang tegar, makhluk-makhluk yang belum pernah dijumpai. Mengagumkan. Karya Tuhan memang... entah apa kata yang pantas dan tepat. Membiru bersama laut lepas dan megabadikan apa yang ada disekitar.






Mereka adalah aku dan dirinya. Tentu saja sangat sayang jika kebahagiaan, teriakan kecil dan lompatan-lompatan ini hanya sendirian. Dirinya yang mendengar luapan cita dan cinta, dirinya yang tersenyum simpul melihat lompatan, larian dan binar yang bening dan menyejukkan. Aku tak sendirian.



Mereka adalah hembusan angin yang dapat aku rasakan kehadirannya. Terpaannya yang melewati sela-sela jari yang aku rentangkan. Jangan khawatir! Teriakan kecil itu masih ada disepanjang jalan. Hahaha.... Bagaimana masih ku ingat, tubuhnya yang aku koyak-koyak, aku tepuk-tepuk punggungnya. Mungkin lebih girang dari anak TK yang diberi ayahnya beberapa coklat dan permen. Iya, dia bagai ayah. Sosok ayah yang pasti akan didambakan oleh anak manapun jika semua calon ibu tahu. Ahh.. kenapa aku bilang! x_x

Mereka adalah lika liku jalanan senja menjelang malam. Rintikan hujan, angin dingin yang menyisip, dan dekapan. Perjalanan panjang yang hening, gurauan kecil dan usapan. Ditutup dengan panorama ciptaan manusia yang luar biasa. Hamparan cahaya Jogjakarta yang cantik berkelip. Warna-warni menawan yang memikat dan membuat kami tertahan.



Mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mencari hunian untuk berteduh kala hujan berderu, panas menyengat, gundah berlabuh, duka membasahi luka, air mata yang berdera, senyuman manis yang mengembang, gelak tawa yang menggema, tempat kembali kala lelah menghinggapi. Dan mereka telah bersama, saling melengkapi. Menghuni hati yang penuh kehangatan dan damai.


Mereka adalah manusia biasa yang memerlukan daya dengan mengisi energi. Mereka menutup cerita hati itu, 7 Desember 2014 dengan menu puyuh goreng dan ayam bakar. Menyusul kejutan selanjutnya, di bulan Desember. Ceria. Your December.