Mereka sebenarnya adalah keraguan, tanpa
tujuan, seperti iya seperti enggan, mengikuti alur hujan, yang sebenarnya bukan
keinginan.
Mereka adalah sebuah perjalanan,
mengalir dengan sebuah ketidaksengajaan. Tanpa rencana, begitu saja ada. Terus
melaju, berharap bongkahan binar berlian mampu menyelinap dihati dan memberi
sinaran. Lalu, kedua ujung bibir
menyudut kekanan dan kekiri.
Mereka adalah sebuah bayangan yang tak diduga, gemuruh yang ingin membuncah, tumpah ruah dan
membanjiri dunia dengan teriakan riang dan lompatan-lompatan kecil. Didepan mata
sudah terlihat pancaran tawa dan... ahh... bayangkan saja rasanya ketika kita
mengharap hadiah yang kita dambakan dan hadiah itu lebih indah dari yang kita
harapkan.. iya, persis. Rasanya seperti itu.
Mereka adalah hembusan angin yang
menentramkan, lautan luas menyelimuti bumi,
deburan ombak yang berlomba-lomba, langit. Langit yang menaungi dengan
biru lembutnya. Oh iyaa, pasir. Pasir
putih.
Gemuruh itu kemudian lepas dari
bendungannya. Benar, teriakan riang dan lompatan-lompatan kecil. Sesuatu yang
indah didepan mata. Menghela nafas kemudian melepasnya dengan hembusan cinta
dan syukur. Memejamkan mata kemudian membukanya dengan kerlingan manja. Ini
luar biasa.
Permainan dimulai.
Berkejar-kejaran dengan air, bercengkrama dengan pasir, mengikuti arus bahagia
mereka yang bahagia saat itu juga.
Lucu dan menyenangkan.
Sebenarnya ada satu foto yang mereka berpose bebas lihat kamera, lucu dan
menyenangkannya terlihat, tapi keberadaan foto itu entah. Mereka bukan orang
yang kami kenal, tapi melihat kebahagiaan mereka terlewat begitu saja
sepertinya sayang.


Kembali dengan suka cita yang
tak terdeskripsi.
Mereka adalah karang yang
tegar, makhluk-makhluk yang belum pernah dijumpai. Mengagumkan. Karya Tuhan
memang... entah apa kata yang pantas dan tepat. Membiru bersama laut lepas dan
megabadikan apa yang ada disekitar.
Mereka adalah aku dan dirinya.
Tentu saja sangat sayang jika kebahagiaan, teriakan kecil dan lompatan-lompatan
ini hanya sendirian. Dirinya yang mendengar luapan cita dan cinta, dirinya yang
tersenyum simpul melihat lompatan, larian dan binar yang bening dan
menyejukkan. Aku tak sendirian.
Mereka adalah hembusan angin yang
dapat aku rasakan kehadirannya. Terpaannya yang melewati sela-sela jari yang
aku rentangkan. Jangan khawatir! Teriakan kecil itu masih ada disepanjang
jalan. Hahaha.... Bagaimana masih ku ingat, tubuhnya yang aku koyak-koyak, aku
tepuk-tepuk punggungnya. Mungkin lebih girang dari anak TK yang diberi ayahnya beberapa
coklat dan permen. Iya, dia bagai ayah. Sosok ayah yang pasti akan didambakan
oleh anak manapun jika semua calon ibu tahu. Ahh.. kenapa aku bilang! x_x
Mereka adalah lika liku jalanan
senja menjelang malam. Rintikan hujan, angin dingin yang menyisip, dan dekapan.
Perjalanan panjang yang hening, gurauan kecil dan usapan. Ditutup dengan
panorama ciptaan manusia yang luar biasa. Hamparan cahaya Jogjakarta yang
cantik berkelip. Warna-warni menawan yang memikat dan membuat kami tertahan.
Mereka adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang mencari hunian untuk berteduh kala hujan berderu, panas menyengat,
gundah berlabuh, duka membasahi luka, air mata yang berdera, senyuman manis
yang mengembang, gelak tawa yang menggema, tempat kembali kala lelah
menghinggapi. Dan mereka telah bersama, saling melengkapi. Menghuni hati yang penuh
kehangatan dan damai.





