Senin, 15 Februari 2016


Sampai ditempat, aku seperti seorang fakir miskin yang menghadap kastil megah. begitu merasa kerdil, tapi sangat bahagia. Kemudian seorang pangeran menuntunku untuk memasukinya. dia membuka gerbang, lalu masuk sembari melihat kebelakang memastikan aku sudah berjalan mengikutinya. Ku berjalan pelan dan melihat sekeliling.. hmm begitu mendamaikan. udara pagi yang masih segar semakin membuat langkahku begitu menakjubkan.

Seperti mimpi.. aku sampai ditempat yang pernah aku idamkan.

Suara lantang pendidik yang menyeru ilmu melintas ditelingaku. Rasanya.. menyusup dalam batinku. Suara permata penuh rasa haus ilmu meruntuhkan benteng senduku. Tuhan.. semuanya nyata..

Dari dalam ruangan, setelah pintu terketuk, terbukalah dan seorang berparas malaikat dan harum kebijakan semerbak. 

ingin sekali aku memelukmu..

Aku hanya bisa menatap dan menahan rasaku sampai waktu itu menghampiri.

Kupandangi permata-permata dari balik kaca, ingin aku menyapamu, berkomunikasi. Aku yakin pasti sangat membahagiakan.

Aku ingin meninggalkan hatiku disini, rasanya..Tempat damai yang aku inginkan.

Sesaat, kenyataan menyadarkanku. Tempatku bukan disini. Mungkin belum. dengan langkah gontai, aku pergi.

Ke tempat yang terpaksa aku kejar.

Selasa, 09 Februari 2016

Menatapnya, berarti harus siap dengan jutaan kisah yang akan tergambar dengan sempurna. Pernahkah kamu? Merasa lengkap hanya dengan melihat orang yang kamu sayang ada didepan matamu? Setiap detik kita habiskan bersamanya, dan, kita saling menikmati waktu itu. Aku? Iya. Aku pernah. Bahkan, jika aku boleh melakukan, aku akan mengurungnya didalam rumah agar dia selalu bersamaku, dan aku bisa dengan puas menatapnya. Hahaha, tidak.Tidak. Aku tidak segila itu.. :D

Sayangnya.... eh.. bukan sayangnya sih, tapi, ini penting dan sangat penting, karena ada aturan yang memang harus kita penuhi agar orang yang kita cinta itu bisa selalu bersama kita selamanya. Ya, kamu benar. "S-A-H" nya jalinan cinta itu bisa jadi pondasi yang kuat agar kita bisa menetap, menatap. Iya, 'kan? Tentu saja.

Menetap dihatinya memang sudah aku rasakan. Banyak sekali sebenarnya perkara yang bisa menjadi pemicu, aku pergi darinya. Tapi, mengingat begitu banyak kebaikan yang dia punya, ah, aku bahkan tak sanggup untuk meninggalkannya.

Saat ini, yang baru bisa aku lakukan adalah menatapnya. Rasanya sangat indah. Sungguh. Tidak bermaksud untuk berlebihan. Dunia terasa menyenangkan, mengenyangkan. Maksudnya? Haha.
Mengenyakan karena hanya dengan menikmati senyumannya, cukup. Tak perlu apapun termasuk makan. wkwkwk.. kalau ini bohong.. :p Ketika aku sedang lapar, lalu aku bersamanya pun tetap lapat, kecuali dia punya makanan.

Ah.. Cinta.. Cinta.. Apa yang kamu lakukan padakuuuuuuuu...... Ini benar-benar tak ada inti dan maksud apapun, kecuali,

"halalkan aku, bang..