Kamis, 06 November 2014

Selasa Senja di Lantai 4

      Selasa, di lantai 4, saat mata kuliah Bahasa Indonesia. Memasuki ruangan, pandangan pertama adalah kaca. Benda tembus pandang yang menyuguhkan pemandangan damai. Seketika kudapati binar oranye senja begitu memikat. Senja begitu membiusku. Dan senja kali ini sangat berbeda dari selasa-selasa yang lalu. Memaksaku lebih lebar membuka mata indera dan mata hati.

     Seperti cahaya dari surga. Lubang langit yang berasal dari singgasana tertinggi para bidadari. Dengan sinar oranye seperti jalan mereka kembali ke peraduan. Di sekeliling sinaran semburat surga senja terdapat gunung awan yang tak kalah menakjubkan. Seperti dunia diatas dunia. Awan-awan senja yanng membentuk garis bukit dan gunung tertinggi diatas langit. Mereka begitu nyata. Sangat nyata. Mempesonakan aku dalam sebuah lamunan yang cukup lama.

     Senja, engkau lebih dari kata indah itu sendiri. Hingga detik ini masih terlukis manis setiap detailmu. Kuterpejam lalu tenggelam. Melihatmu senja dalam memori. Dari kaca diatas luasnya kota Yogyakarta yang mulai meredup. Bias-bias oranye senja mewarnai langit yang sama meredupnya bersama sebuah rindu. Masih didalam gelapnya mata yang terpejam, mengingat lubang langit senja dari surya berbalut mega. Dan gunung-gunung awan yang begitu kokoh, kita serasa dekat. Akan ku singkap awan yang menutupmu dan kubawa pulang surya.

     Akan selalu kunanti Selasa senja berikutnya. Ditempat yang sama. Akan kulawan ketinggian dan menangkap senja dibalik dinding kaca, disinari oranye senja, dibawah rasa rindu. Adakah nanti kesempatan, akan kurengkuh engkau tak hanya dari lantai 4. Nanti, diatas batu tertinggi, dihamparan pasir luas..
Nantikan aku.

0 komentar: