Sampai Jumpa Pada Suatu Hari
Rasanya aku ingin kamu didekatku. Kemarilah. Duduk
disampingku. Ku mohon kali ini jadilah aku sesaat. Mendengarku, celotehku dan
apa yang aku rasakan. Setelah aku berani mengutarakan apa yang ada dibenak
sepertinya itu menjadi candu. Ingin semua yang aku rasa kamu harus tahu. Maukah
kamu mendengar sampai aku berbusa?
Aku sudah menjadi bagian hidupmu, sepertinya. Karna
aku banyak terlibat dalam episodemu. Membuatku merasa sempurna. Aku utuh
bersamamu. Aku bisa menjadi manusia. Menjadi manusia yang pada hakikatnya tak
bisa hidup tanpa orang lain. Seperti aku yang tak bisa hidup tanpamu. Setelah
keputusanku karena egoku, ternyata itu membunuh. Walau tanpa dipungkiri itu
juga karena egomu. Baiklah, sejenak kita lupakan masalah itu. Aku hanya ingin
kamu tahu, hidupmu sudah menjadi hidupku.
Aku adalah bagian dari hatimu. Begitu menyatu dalam
darahmu. Segala tentangmu aku tahu. Menjadikanku merasa punya tanggung jawab
atasmu. Apapun yang kamu lakukan aku ikut serta. Jadi, setelah sejenak
menghilang darimu hilang ceria dihari-hariku. Serasa dunia tak bergerak, semua
melamban.
Coba aku jelaskan. Aku sudah bersamamu tidak hanya
seumur jagung. Apa yang membuatmu tersenyum, sedih, murka, menangis, tertawa
dan semuanya aku tahu. Apa yang menjadi tujuanmu, cita-citamu. Dan, aku merasa
dukunganku begitu berpengaruh untuk proses jalanmu. Atau hanya perasaanku saja?
Ketika kamu berkata bahwa aku adalah alasan, semangat untuk menjalani
hari-harimu, itu juga yang ingin aku katakan padamu. Kamu berkata setelah kita
sepakat.
Setelah itu memang baru tersadar. Andai saja yang
kita bicarakan tentang kekuatan mungkin yang kita temukan jalan keluar. Tapi
kita terlalu lemah. Aku lemah karena takut kalau kemungkinan buruk terjadi. Aku
lemah karena aku adalah harapan orang tuaku. Aku lemah karena tak bisa membagi
cintaku karena kalian sama-sama berharga. Pilihan sulit yang harus aku
putuskan. Walau sebenarnya bisa saja aku mencari cara untuk menyayangi kalian
secara seimbang. Celakanya aku terlambat menyadari.
Andai saja yang kita bicarakan tentang kekuatan.
Bagaimana jalinan kita bisa dipertahankan. Iya, kita. Bukan hanya aku atau
kamu. Tapi aku dan kamu. Kita berdua. Berjuang bersama menantang arus yang
terus menggerus. Agaknya kita kehilangan pegangan. Rasa kecewa membuat kita
enggan menggantungkan harapan lagi. Melukis angan yang sebenarnya bisa memacu
semangat. Tetapi kita terlalu takut.
Kini berjalanlah kemanapun arah yang ingin kamu
tuju. Tetaplah menjadi baik seperti yang aku kenal. Berkelanalah sejauh kamu
mampu dan mengambil sisi positif disetiap langkah yang kamu telaah. Berbahagialah
dengan cara yang kamu pilih tanpa menyalahi kaidah kehidupan yang lurus. Percayalah
aku akan selalu baik-baik saja. Melihatmu bahagia itulah kebahagiaanku. Jangan lupa
dengan cita-citamu. Kalau sampai aku mendengar kamu beralih dan menjauh dari apa
yang kamu angankan, sehingga cita-citamu yang terbengkalai, aku akan menjadi
orang pertama yang marah dan kecewa padamu.
Ketika kamu memberi kabar, aku akan berharap itu
adalah kabar kesuksesanmu. Aku adalah orang pertama yang akan bahagia. Jika dalam
perjalanan kamu kelelahan carilah tempat bersandar, yang menjadikanmu lebih
baik dari sebelumnya. Kabari aku, aku pasti akan lebih bahagia. Bertanggungjawablah
atas sesuatu yang sudah kamu mulai. Konsisten dan selalu semangat. Percayalah,
ini yang terbaik.
Aku, akan berlari untuk mengejar apa yang aku
inginkan. Apa yang menjadi tujuanku.

0 komentar:
Posting Komentar