Rabu, 22 April 2015

Aku merindukan kedekatan kita beberapa waktu lalu. Kita begitu dekat. Kemanapun kamu pergi aku ikut serta. Aku senang. kamu bisa membuatku tertawa lepas, lupa saat sedang sedih, memberi semangat meski tersirat, dan membuatku mengerti arti memahami. Kalau kamu bilang hidup itu untuk belajar maka kamu adalah gurunya. Hanya denganmu saja aku bisa banyak belajar hal apapun.

Boleh aku menceritakannya? Aku tahu arti sabar karna kamu egois. Aku mengerti arti menyayangi karena kamu manja. Aku tahu bagaimana harus menghargai orang yang lebih tua, karena ketika ingin dihormati, menghormatilah terlebih dahulu. Aku belajar dari kesalahan yang pernah kamu buat, melihat lebih jauh apa alasanmu berbuat salah, apa penyebabnya sehingga kamu melakukan hal itu, dari situ aku belajar bahwa tidak sepantasnya mengejudge orang dari kesalahannya, tapi dari  bagaimana dia berubah dan belajar dari kesalahannya. Itu hanya beberapa contoh saja.

Aku banyak mengerti dan terus mencoba mengerti. Belajar dan terus menelaah setiap langkah. Apa yang baik untukku dan apa yang harus aku tinggalkan. Kadang kamu membuatku tertegun dan berpikir bahwa ternyata aku belum melakukan hal apapun. Kamu menunjukkan padaku bagaimana memandang hidup dengan sedikit pandangan berbeda dari yang lain. “Hidup ini indah, hidup hanya satu kali, kenapa tidak dibuat senang saja?” Kamu pernah berkata seperti itu.

Kamu mengajakku kebeberapa tempat yang sebelumnya tidak pernah aku pikirkan untuk mengunjunginya. Pantai, gunung, tempat orang-orang terdekatmu, tempat orang-orang gila terdekatmu. Semuanya menyenangkan. Kamu memberikanku bahagia dan menjadikannya kenangan yang kelak jika aku merasa sedih kenangan itu bisa menyembuhkan. Aku senang. tapi tahukah? Ada sesuatu yang menurutku akan lebih baik jika, “hidup hanya satu kali, kenapa tidak dibuat senang dan berarti.” Bagaimana? Betul kan?

Kita hidup tidak serta merta ada, kan? Kita diciptakan oleh sang Khalik. Dan penciptaan kita itu bukan tanpa alasan. Manusia tercipta untuk menjadi khalifah dibumi, beribadah dan menyembah hanya kepada Allah. Karena bila kamu tahu bahwa hidup dibawah naunganNya sangat indah. Segalanya terasa mudah dan jalan yang kita tempuh bisa terarah. Dengan tujuan pasti. Dan itu membuat hidup tak hanya senang, tapi juga bermakna.

Maksudku adalah alangkah lebih baiknya jika langkah yang akan kita ambil ini, untuk kembali bersama, adalah upaya untuk saling mendukung perubahan baik yang akan kita jalani bersama. Dengan mendekat denganNya untuk mendapat pertolongan agar setiap langkah kita diberi cahaya. Kita permudah jalan kita untuk mendapat apa yang kita mau dengan merayu kepada sang Maha Penyayang agar diberkahi langkah kita.

Tapi, pertengkaran hebat yang ada antara kita tak bisa mempertahankan kebersamaan ini. Yang dulu kita rencanakan tak sesuai harapan. Pertengkaran itu tak membuat kita kuat, tapi justru saling melepaskan.

“Lebih baik kita bertengkar hebat, tapi bisa kita selesaikan dan kita tetap bersama, dibanding tanpa konflik tapi putus nyambung. Aku menyayangimu, aku ingin kita tetap bersama.” Kalimat itu seakan membisu, aku tak kuasa menahanmu karna kamu telah mati. Padahal aku ingin kamu tetap hidup, aku akan siap menemanimu. Itu yang tak sanggup aku katakan ketika melihatmu terluka dengan perkataanku.

 Tuhan berkehendak lain, justru Dia mendukung perubahan baik kita dengan jalan yang berbeda dari yang kita inginkan. Kita memang tumbuh bersama tapi dengan jarak yang membentang diantara kita. Awalnya itu sangat berat, bagiku, tapi inilah yang terbaik menurutNya. Apa boleh buat, ini pasti yang benar-benar terbaik untuk kita.

Selamat jalan, hati-hati banyak batu kerikil disana. Aku harap kita sama-sama diteguhkan untuk tetap bertahan dijalan baik yang sudah kita pilih, yang sudah kita mulai dan yang sudah kita upayakan. Semoga tetap pada jalur yang sama, tanpa belokkan dan tikungan tajam yang membuat kita hilang kendali dan terjungkal. Pakailah sabuk pengaman.


Kalau saja ada kesempatan, mampirlah ke bilikku. Rumah kecil yang nantinya entah sudah berpunghuni atau tidak, hati kecil yang entah sudah mati atau tak akan pernah.

Rabu, 08 April 2015

       Ini sebuah siksaan. menjalani hari dengan gumpalan muak yang hampir saja mencekik. Tapi aku harus tetap hidup demi angan yang aku ingin. Menghadapi terpaan angin kencang yang meruntuhkan segala keteguhanku membuatku harus kuat untuk menghadapi segalanya. Tanpa raga yang selalu kudekap. Tanpa suntikan semangat dari kedua ujung bibir yang menyudut. Ini akan menjadi langkah yang sangat melelahkan.
      Perjalanan panjang ini akan kujalani dengan hati berlubang bopeng-bopeng. Kelihatan indah nampaknya, tapi sangat rapuh pada dasarnya. Tapi aku harus tetap hidup untuk memenuhi ruang batin agar tak tersesat ke jalan yang lebih membuatku hancur. Aku tahu awalnya akan sangat melelahkan, semoga selanjutnya tidak.
      Bayangan hitam yang berusaha membenamkan wajahku untuk tidak menatap kedepan mulai merajuk. Tapi aku tidak selemah itu. Aku harus tetap hidup untuk tetap menghamba dan berjalan menuju cahaya yang lebih menentramkan. Walau sebenarnya dengan tangan yang ingin selalu aku gandeng pasti segalanya akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.
         Semoga ini hanya kekosongan sementara. Semoga ini bukan pelarut tekad. Semoga ini adalah langkah lain untuk bersamamu. Beriringan bersama jarak, berlayar bersama waktu dan bercinta melalui doa. Semoga ini hanya kekalutan yang tak berkepanjangan. Semoga harapan tetap bisa digantung dan muara sabar tetap menggenang.
       Segalanya menjadi rumit ketika hati masih enggan beranjak. Masih menetap dan tak mau pergi. Ingin menyerah tetapi begitu berharganya segala yang sudah dilalui. Apakah ada yang lebih pantas dan layak aku perjuangkan selain rasa ini? Apakah ada yang lebih bisa aku andalkan selain penantian yang masih abu-abu ini? Apakah ada yang lebih bermakna dari raga yang selalu sebut dalam setiap malam dan sujudku?
   Ini hanya kebingungan yang tak selamanya. Ini hanyalah kekeliruan yang aku buat sendiri, dinding berwarna biru yang aku cat dengan pilu. Aku sendiri yang melakukannya. Sudahlah.. Ini hanya coretan kelabu yang entah tak berarti dan entahlah... Ini gila ini irasonal.. Ini rindu. Rindu Padamu.