Ini sebuah siksaan. menjalani hari dengan gumpalan muak yang hampir saja mencekik. Tapi aku harus tetap hidup demi angan yang aku ingin. Menghadapi terpaan angin kencang yang meruntuhkan segala keteguhanku membuatku harus kuat untuk menghadapi segalanya. Tanpa raga yang selalu kudekap. Tanpa suntikan semangat dari kedua ujung bibir yang menyudut. Ini akan menjadi langkah yang sangat melelahkan.
Perjalanan panjang ini akan kujalani dengan hati berlubang bopeng-bopeng. Kelihatan indah nampaknya, tapi sangat rapuh pada dasarnya. Tapi aku harus tetap hidup untuk memenuhi ruang batin agar tak tersesat ke jalan yang lebih membuatku hancur. Aku tahu awalnya akan sangat melelahkan, semoga selanjutnya tidak.
Bayangan hitam yang berusaha membenamkan wajahku untuk tidak menatap kedepan mulai merajuk. Tapi aku tidak selemah itu. Aku harus tetap hidup untuk tetap menghamba dan berjalan menuju cahaya yang lebih menentramkan. Walau sebenarnya dengan tangan yang ingin selalu aku gandeng pasti segalanya akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.
Semoga ini hanya kekosongan sementara. Semoga ini bukan pelarut tekad. Semoga ini adalah langkah lain untuk bersamamu. Beriringan bersama jarak, berlayar bersama waktu dan bercinta melalui doa. Semoga ini hanya kekalutan yang tak berkepanjangan. Semoga harapan tetap bisa digantung dan muara sabar tetap menggenang.
Segalanya menjadi rumit ketika hati masih enggan beranjak. Masih menetap dan tak mau pergi. Ingin menyerah tetapi begitu berharganya segala yang sudah dilalui. Apakah ada yang lebih pantas dan layak aku perjuangkan selain rasa ini? Apakah ada yang lebih bisa aku andalkan selain penantian yang masih abu-abu ini? Apakah ada yang lebih bermakna dari raga yang selalu sebut dalam setiap malam dan sujudku?
Ini hanya kebingungan yang tak selamanya. Ini hanyalah kekeliruan yang aku buat sendiri, dinding berwarna biru yang aku cat dengan pilu. Aku sendiri yang melakukannya. Sudahlah.. Ini hanya coretan kelabu yang entah tak berarti dan entahlah... Ini gila ini irasonal.. Ini rindu. Rindu Padamu.
0 komentar:
Posting Komentar