Detak Jantung Kuda Pacu
Semoga mataku tidak menggelinding seperti kelereng ketika mendapati sosok yang sangat aku rindukan menatapnya. Semoga jantungku tidak loncat dari susunan organ yang semestinya karena terkejut saat merasakan debaran ketika melihatnya dan tetap berdegup secara normal. Semoga aliran darahku tetap pada jalur seperti biasanya dan tidak segera mendidih sewaktu tatapan itu memanaskan suhu tubuhku. Gugup, kalut, terkejut dan luapan bahagia menjadi satu dan membuat rautku berwarna biru seperti sedang menahan nafas. Bisa membayangkan bagaimana rasanya? Atau bahkan tidak bisa? Karena gambaran tersebut tidak mewakili sama sekali saking tidak bisanya ditulis dengan kata-kata.
Memang, baru sekitar dua minggu yang lalu wajah itu tidak nampak dipelupuk mataku. Bahkan karena begitu banyak yang aku ingat segala tentangnya membuatku lupa bagaimana garis wajah rupawan yang dia milikki. Dan aku berusaha untuk tidak mencoba memulihkan ingatan tentang wajah itu karena yang terjadi adalah seperti paragraf pertama. Mencoba mengubur saja rupa selayak surya untukku agar ingatanku hanya sebatas kenangan saja, bukan menjadikanku zombie.
Tapi sayang itu terjadi saat ini. Baru beberapa jam yang lalu aku berharap tidak akan mengalami hal buruk ketika secara tidak sengaja bertemu dengannya. Aku berharap bahwa semua akan baik-baik saja seperti ketika kami bertemu. Biasa saja, tanpa degup jantung yang memburu seperti sedang mengikuti perlombaan marathon. Ingin seperti biasa yang tetap tersenyum manis dan mulut senantiasa berkicau. Tidak salah tingkah dan melenggang tanpa ragu. Tapi saat ini rasanya luar biasa dari luar biasa yang biasanya. Tiba-tiba sesak nafas.
Kronologiya seperti ini: Detik pada saat mata langsung menatap matanya kemudian memberi sinyal kepada otak dan segera menyadari bahwa itu adalah dirinya, lalu otak seperti tersentak dan membuat efek kejut seketika itu tenggorokan tersekat, hidung tersumbat, aliran darah seakan berjalan begitu cepat kemudian jantung bekerja luar biasa lebih cepat dari luar biasa biasanya. Setelah detik itu, adalah rasanya seperti seluruh organ tubuh berhenti beraktifitas, hening seketika, detik berikutnya helaan nafas yang sangat dalam seperti kehabisan nafas ketika selesai berenang. Terengah-engah. Parahnya, ia meninggalkan susah bernafas itu. Sampai detik ini.
Aku tak menyangka bahwa sebegitu jadinya hanya dalam satu tatapan mata. Degup jantung serupa kuda pacu. Apakah seperti ini bentuk rindu yang membatu? Apakah seperti ini rasanya bagai membendung hujan yang seharusnya turun sehari semalam? Ribuan kata sudah menyumbat tenggorokanku, menjepit pita suaraku dan semuanya mengendap. Dan mungkin akan dioperasi ketika sudah merasakan sakit. Tapi sudah kurasakan sekarang, kenapa kamu masih hidup mengendap dan berkembang disana? Ini sakit. Kalau dianalisa, mungkin bukan hanya rindu penyebabnya. Banyak. Tergambar pada ribuan kata itu.
Padahal hanya dalam satu tatapan mata.
Tidak. Tidak secara langsung. Hanya lewat foto yang terpampang pada time line sosial media. Sekecil itu penyebabnya. Parahnya, ia meninggalkan susah bernafas itu. Sampai detik ini.

0 komentar:
Posting Komentar