Selasa, 26 Januari 2016

“Ayah, aku ingin menikah.”

Kalimat pernyataan seorang pemuda  membuat ayah tersentak. Ayah terdiam dan menyandarkan punggung yang semakin renta. Ayah mengusap-usap rambut yang mulai putih dan memudar. Kemudian ayah menghela nafas. Ayah teringat baru sebulan lalu ibu membuatkan nasi kuning sebagai hidangan perayaan kecil-kecilan kami untuk memperingati ulang tahun putri ayah yang ke 23. Masih muda sebenarnya kamu, sayang. Ayah ingin melihatmu berkembang lagi dibawah didikan tangan ayah, dan rengkuhan peluk ayah, tapi kamu nyatanya sudah menemukan yang akan menggantikan ayah.

“Kamu yakin?”

“Iya, Ayah. Saya yakin dan siap.”

Ayah rasanya tak ingin melepasmu, nak. Ayah masih senang mendengar gelak tawamu dirumah. Ayah masih senang menjadi orang yang kamu tanyai soal agama, soal apapun yang tidak kamu ketahui. Tahukah, ketika ayah menjelaskan apapun itu, ayah selalu jatuh cinta dengan rautmu yang penuh antusias, ekspresimu ketika sudah paham dengan penjelasan ayah. Intinya, ayah tak pernah bosan melihatmu, mendengarmu.

Ayah masih ingin kamu buatkan kopi khas darimu. Bahkan ibumu tak bisa membuatkan seenak buatanmu. Ayah masih ingin kamu rawat. Ayah sangat terharu ketika kamu baru saja pulang kuliah, tanpa pikir kamu menghampiri ayah yang tertidur lemah. Ayah ingat sentuhan punggung tanganmu ketika mengecek seberapa panas suhu tubuh ayah, kamu menawarkan teh hangat dan segera mengompres ayah. Dengan sabar kamu mengganti kompres yang dengan cepat mengering karena begitu panasnya badan ayah saat itu. ayah merindukanmu, sayang. Kamu sudah dewasa dan memiliki dunia sendiri. Tapi yang harus kamu tahu, ayah masih ingin menjadi pahlawanmu.

Ayah masih ingin menjagamu, sayang. Tapi kamu terlalu besar untuk selalu ayah rangkul setiap saat. Kamu sudah bisa berlari sendiri, terbang sendiri. Kamu lahir terlampau mandiri. Tak apalah, tapi itu yang memang ayah ajarkan padamu. Jadilah wanita tangguh, dan menjadi pahlawan untuk diri sendiri.

Tapi, kini ada seseorang yang ingin mengambilmu dari ayah..

Ayah pasti akan sangat kehilanganmu. Ayah akan kehilangan rasa tenang ketika mendengar suara motormu sudah dekat rumah. Ayah akan rindu mencemaskanmu yang tak kunjung pulang saat malam sudah larut. Ayah akan rindu memarahimu karena kamu tidak mau meminum obat ketika sakit. Ayah pasti akan merasa kehilanganmu..

Tentang pemuda yang sekarang dihadapan ayah. Dia adalah pilihanmu.

Kalau ayah menolak, ayah tak tega melihatmu terluka. Tapi ayah takut dan belum sepenuhnya percaya. Kalau saja ayah katakan untuk menunggu beberapa waktu dulu, ayah takut kamu akan memusuhi ayah. Ayah khawatir dia tidak bisa menjagamu seperti ayah, menyayangimu seperti ayah, bertanggung jawab atasmu seperti ayah.

“Putriku pasti akan bilang, “iya”, tapi tunggu dulu, buat ayah percaya. Lakukan itu sebagai tanda keseriusanmu.”


Maafkan ayah sayang.. Menikah bukan perkara mudah.

0 komentar: