“Ayah, aku ingin menikah.”
Kalimat pernyataan seorang pemuda membuat ayah tersentak. Ayah terdiam dan
menyandarkan punggung yang semakin renta. Ayah mengusap-usap rambut yang mulai
putih dan memudar. Kemudian ayah menghela nafas. Ayah teringat baru sebulan
lalu ibu membuatkan nasi kuning sebagai hidangan perayaan kecil-kecilan kami
untuk memperingati ulang tahun putri ayah yang ke 23. Masih muda sebenarnya kamu,
sayang. Ayah ingin melihatmu berkembang lagi dibawah didikan tangan ayah, dan
rengkuhan peluk ayah, tapi kamu nyatanya sudah menemukan yang akan menggantikan
ayah.
“Kamu yakin?”
“Iya, Ayah. Saya yakin dan siap.”
Ayah rasanya tak ingin melepasmu, nak. Ayah masih senang
mendengar gelak tawamu dirumah. Ayah masih senang menjadi orang yang kamu tanyai
soal agama, soal apapun yang tidak kamu ketahui. Tahukah, ketika ayah
menjelaskan apapun itu, ayah selalu jatuh cinta dengan rautmu yang penuh
antusias, ekspresimu ketika sudah paham dengan penjelasan ayah. Intinya, ayah
tak pernah bosan melihatmu, mendengarmu.
Ayah masih ingin kamu buatkan kopi khas darimu. Bahkan ibumu
tak bisa membuatkan seenak buatanmu. Ayah masih ingin kamu rawat. Ayah sangat
terharu ketika kamu baru saja pulang kuliah, tanpa pikir kamu menghampiri ayah
yang tertidur lemah. Ayah ingat sentuhan punggung tanganmu ketika mengecek
seberapa panas suhu tubuh ayah, kamu menawarkan teh hangat dan segera
mengompres ayah. Dengan sabar kamu mengganti kompres yang dengan cepat
mengering karena begitu panasnya badan ayah saat itu. ayah merindukanmu,
sayang. Kamu sudah dewasa dan memiliki dunia sendiri. Tapi yang harus kamu
tahu, ayah masih ingin menjadi pahlawanmu.
Ayah masih ingin menjagamu, sayang. Tapi kamu terlalu besar
untuk selalu ayah rangkul setiap saat. Kamu sudah bisa berlari sendiri, terbang
sendiri. Kamu lahir terlampau mandiri. Tak apalah, tapi itu yang memang ayah
ajarkan padamu. Jadilah wanita tangguh, dan menjadi pahlawan untuk diri
sendiri.
Tapi, kini ada seseorang yang ingin mengambilmu dari ayah..
Ayah pasti akan sangat kehilanganmu. Ayah akan kehilangan
rasa tenang ketika mendengar suara motormu sudah dekat rumah. Ayah akan rindu
mencemaskanmu yang tak kunjung pulang saat malam sudah larut. Ayah akan rindu
memarahimu karena kamu tidak mau meminum obat ketika sakit. Ayah pasti akan
merasa kehilanganmu..
Tentang pemuda yang sekarang dihadapan ayah. Dia adalah
pilihanmu.
Kalau ayah menolak, ayah tak tega melihatmu terluka. Tapi ayah
takut dan belum sepenuhnya percaya. Kalau saja ayah katakan untuk menunggu
beberapa waktu dulu, ayah takut kamu akan memusuhi ayah. Ayah khawatir dia
tidak bisa menjagamu seperti ayah, menyayangimu seperti ayah, bertanggung jawab
atasmu seperti ayah.
“Putriku pasti akan bilang, “iya”, tapi tunggu dulu, buat
ayah percaya. Lakukan itu sebagai tanda keseriusanmu.”
Maafkan ayah sayang.. Menikah bukan perkara mudah.
0 komentar:
Posting Komentar