Jumat, 24 Juni 2016

Kebencian. Separah apa perlakuanmu sehingga rasanya begitu dalam sakit yang aku rasakan? 

Ingin kulempar kamu kedalam jurang, menyaksikan kamu berdarah-darah terhempas diantara tebing-tebing curam, kepalamu membentur bebatuan dan tubuhmu terjatuh diatas pohon kaktus penuh duri. Kamu tak berdaya, lukaku akan terobati.

Tapi bukan seperti itu caraku.

Melepaskanmu dengan sebenar-benar melepas. Tak ada komunikasi darimu sama sekali obat yang mujarab kedua setelah waktu. Menghapusmu dari sejarah kehidupanku dan melupakan betapa aku begitu dalam perasaannya.

Sebegitu dalam perasaanku dan sedalam itu sakit yang aku rasakan.

Satu-satunya hati yang sudah aku berikan kamu hancurkan dengan begitu cantik tanpa sisa. Kepingan-kepingan tersebut aku satukan lagi tapi menjadi benci yang amat keji.

Hari demi hari, waktu membiaskanmu dan memudarkan ingatanku tentangmu. Tentang segala yang manis, yang indah, yang pernah kita impikan. Wajahmu, suaramu, segalanya sudah pergi tanpa jejak. Kecuali benci.

Ya.. Aku sendiri tak mengerti sebegitu bencinya aku padamu. Bahkan mendengar namamu saja membuatku ingin sekali mencekik siapa yang telah menyebutkannya. 

Ini lebih bodoh lagi, aku tak yakin kamu mengingatku sampai detik ini. Mungkin setelah segalanya berakhir kamu tak pernah ingat cerita kita pernah ada. 

Luka ini belum mengering. Asal kamu tahu. Sampai-sampai kamu tak pantas lagi ada pada setiap doaku. Itu hal terkeji yang pernah aku lakukan untuk seseorang.

Tapi, semakin aku membencimu, semakin kamu bersemayam dan tak pernah pergi.

Aku masih punya hak untuk hidup damai. Kita pernah saling mengenal, pernah saling ingin memiliki. Namun kenyataan yang harus aku terima, aku harus melepasmu seperti aku tak pernah mengenalmu. Agar benci tak menjadi penyakit hati dan dosa untukku, agar kamu tak menjadi berdosa karena membuatku benci padamu.

Maaf aku melakukan ini untukmu. Orang yang pernah aku cintai dan membuatku begitu membenci. Semoga hidupmu bahagia dengan Rahmat Allah yang tak henti menyelamatkanmu dari bahaya. Jaga dirimu dan nama baikmu. Syiarkan dakwah dan menjadi teladan. 

Aku tamatkan benci menjadi pelajaran ikhlas yang harus aku tempuh. 

Jika Tuhan mempertemukan kita suatu hari nanti, perkenalkan dirimu.

Jumat, 22 April 2016

D ulu adalah sejarah. Kamu adalah takdir. Jodohkah? Jawabannya adalah waktu  Waktu yang datang memboyongku dalam hunian yang nyaman, dan tangga yang aku naiki bersamamu.

A ngkasalah yang akan kita tuju, dengan tangga yang aku tanjaki sembari menggenggam tanganmu. Kalau kamu didepan, kamu adalah pemimpin. Kalau kamu dibelakangku, kamu adalah pelindung. Kalau kamu disisiku, kamu adalah sandaranku.

N uansa suci langit malam dan taburan bintang, kamu memintaku untuk menunjuk mereka, satu saja. Kuacungkan telunjukku ke arah langit, mengayunkannya, ke kanan, ke kiri, memutarnya, lalu kudaratkan diujung hidungmu. Kamulah bintangku.

U ntuk penerang, bintang, untuk menjadi pengingat. Kamu adalah sinar mataku. Kamu adalah senyum cemerlangku. Kamu adalah tetes air mataku. Kamu adalah rindu dan sendu. Kamu adalah rumah dan kenyamanan. Lalu aku akan tinggal didalamnya. (19-4-16, dini hari)

Even if we're breaking down, we can find a way to break through
Even if we can't find heaven, I'll walk through hell with you
Love, you're not alone, 'cause I'm gonna stand by you
Even if we can't find heaven, I'm gonna stand by you
Even if we can't find heaven, I'll walk through hell with you
Love, you're not alone, 'cause I'm gonna stand by you

(Rachel Platten - Stand By You)

Selasa, 22 Maret 2016

Hati yang menggigil bukan pertanda luka. Sedikit ada, tapi kebahagiaan seakan menyamarkan keberadaannya. Serbuk rindu menghias hidangan sayang yang terus menyerbakkan harum romansa dan semakin kuat menyempurnakan sajian perjalanan.

Aroma cinta, menelusup otak memberi pertanda kehidupan..

Langkah-langkah kecil menyambut riang hari yang penuh dengan warna merah, merah jambu dan biru. Kini tak lagi sebuah istana yang perlu dikejar dan dibangun. Sederhana saja,hanya butuh rumah untuk bernaung.Pekarangan kecil yang menumbuhkan kasih sayang.


Kalau saja kita hanya menanam bunga jingga, maka tumbuhlah warna pelangi. Begitulah cinta melakukannya..


Kita hanyalah anak sungai dan dilautlah kita akan bermuara. Kita hanyalah daun rimbun dan ditanahlah kita akan berada akhirnya. Kita hanyalah angin yang berhembus halus dan kadang memporak poranda. Kita hanya luka yang akan sembuh dan diobati waktu. Kita hanyalah setengah jiwa yang perlu bersandar dan rindu duduk berdua menjadi satu.


Rindu ini tak terpeluk. Dan aku tak akan memaksakan genggaman. Kalau sang Maha membukankan pintuNya, aku tak akan ragu memijak. jika tak begitu adanya, aku akan rela bernafas lebih berat.


Tapi jika boleh memohon...


Senin, 15 Februari 2016


Sampai ditempat, aku seperti seorang fakir miskin yang menghadap kastil megah. begitu merasa kerdil, tapi sangat bahagia. Kemudian seorang pangeran menuntunku untuk memasukinya. dia membuka gerbang, lalu masuk sembari melihat kebelakang memastikan aku sudah berjalan mengikutinya. Ku berjalan pelan dan melihat sekeliling.. hmm begitu mendamaikan. udara pagi yang masih segar semakin membuat langkahku begitu menakjubkan.

Seperti mimpi.. aku sampai ditempat yang pernah aku idamkan.

Suara lantang pendidik yang menyeru ilmu melintas ditelingaku. Rasanya.. menyusup dalam batinku. Suara permata penuh rasa haus ilmu meruntuhkan benteng senduku. Tuhan.. semuanya nyata..

Dari dalam ruangan, setelah pintu terketuk, terbukalah dan seorang berparas malaikat dan harum kebijakan semerbak. 

ingin sekali aku memelukmu..

Aku hanya bisa menatap dan menahan rasaku sampai waktu itu menghampiri.

Kupandangi permata-permata dari balik kaca, ingin aku menyapamu, berkomunikasi. Aku yakin pasti sangat membahagiakan.

Aku ingin meninggalkan hatiku disini, rasanya..Tempat damai yang aku inginkan.

Sesaat, kenyataan menyadarkanku. Tempatku bukan disini. Mungkin belum. dengan langkah gontai, aku pergi.

Ke tempat yang terpaksa aku kejar.

Selasa, 09 Februari 2016

Menatapnya, berarti harus siap dengan jutaan kisah yang akan tergambar dengan sempurna. Pernahkah kamu? Merasa lengkap hanya dengan melihat orang yang kamu sayang ada didepan matamu? Setiap detik kita habiskan bersamanya, dan, kita saling menikmati waktu itu. Aku? Iya. Aku pernah. Bahkan, jika aku boleh melakukan, aku akan mengurungnya didalam rumah agar dia selalu bersamaku, dan aku bisa dengan puas menatapnya. Hahaha, tidak.Tidak. Aku tidak segila itu.. :D

Sayangnya.... eh.. bukan sayangnya sih, tapi, ini penting dan sangat penting, karena ada aturan yang memang harus kita penuhi agar orang yang kita cinta itu bisa selalu bersama kita selamanya. Ya, kamu benar. "S-A-H" nya jalinan cinta itu bisa jadi pondasi yang kuat agar kita bisa menetap, menatap. Iya, 'kan? Tentu saja.

Menetap dihatinya memang sudah aku rasakan. Banyak sekali sebenarnya perkara yang bisa menjadi pemicu, aku pergi darinya. Tapi, mengingat begitu banyak kebaikan yang dia punya, ah, aku bahkan tak sanggup untuk meninggalkannya.

Saat ini, yang baru bisa aku lakukan adalah menatapnya. Rasanya sangat indah. Sungguh. Tidak bermaksud untuk berlebihan. Dunia terasa menyenangkan, mengenyangkan. Maksudnya? Haha.
Mengenyakan karena hanya dengan menikmati senyumannya, cukup. Tak perlu apapun termasuk makan. wkwkwk.. kalau ini bohong.. :p Ketika aku sedang lapar, lalu aku bersamanya pun tetap lapat, kecuali dia punya makanan.

Ah.. Cinta.. Cinta.. Apa yang kamu lakukan padakuuuuuuuu...... Ini benar-benar tak ada inti dan maksud apapun, kecuali,

"halalkan aku, bang..

Selasa, 26 Januari 2016

“Ayah, aku ingin menikah.”

Kalimat pernyataan seorang pemuda  membuat ayah tersentak. Ayah terdiam dan menyandarkan punggung yang semakin renta. Ayah mengusap-usap rambut yang mulai putih dan memudar. Kemudian ayah menghela nafas. Ayah teringat baru sebulan lalu ibu membuatkan nasi kuning sebagai hidangan perayaan kecil-kecilan kami untuk memperingati ulang tahun putri ayah yang ke 23. Masih muda sebenarnya kamu, sayang. Ayah ingin melihatmu berkembang lagi dibawah didikan tangan ayah, dan rengkuhan peluk ayah, tapi kamu nyatanya sudah menemukan yang akan menggantikan ayah.

“Kamu yakin?”

“Iya, Ayah. Saya yakin dan siap.”

Ayah rasanya tak ingin melepasmu, nak. Ayah masih senang mendengar gelak tawamu dirumah. Ayah masih senang menjadi orang yang kamu tanyai soal agama, soal apapun yang tidak kamu ketahui. Tahukah, ketika ayah menjelaskan apapun itu, ayah selalu jatuh cinta dengan rautmu yang penuh antusias, ekspresimu ketika sudah paham dengan penjelasan ayah. Intinya, ayah tak pernah bosan melihatmu, mendengarmu.

Ayah masih ingin kamu buatkan kopi khas darimu. Bahkan ibumu tak bisa membuatkan seenak buatanmu. Ayah masih ingin kamu rawat. Ayah sangat terharu ketika kamu baru saja pulang kuliah, tanpa pikir kamu menghampiri ayah yang tertidur lemah. Ayah ingat sentuhan punggung tanganmu ketika mengecek seberapa panas suhu tubuh ayah, kamu menawarkan teh hangat dan segera mengompres ayah. Dengan sabar kamu mengganti kompres yang dengan cepat mengering karena begitu panasnya badan ayah saat itu. ayah merindukanmu, sayang. Kamu sudah dewasa dan memiliki dunia sendiri. Tapi yang harus kamu tahu, ayah masih ingin menjadi pahlawanmu.

Ayah masih ingin menjagamu, sayang. Tapi kamu terlalu besar untuk selalu ayah rangkul setiap saat. Kamu sudah bisa berlari sendiri, terbang sendiri. Kamu lahir terlampau mandiri. Tak apalah, tapi itu yang memang ayah ajarkan padamu. Jadilah wanita tangguh, dan menjadi pahlawan untuk diri sendiri.

Tapi, kini ada seseorang yang ingin mengambilmu dari ayah..

Ayah pasti akan sangat kehilanganmu. Ayah akan kehilangan rasa tenang ketika mendengar suara motormu sudah dekat rumah. Ayah akan rindu mencemaskanmu yang tak kunjung pulang saat malam sudah larut. Ayah akan rindu memarahimu karena kamu tidak mau meminum obat ketika sakit. Ayah pasti akan merasa kehilanganmu..

Tentang pemuda yang sekarang dihadapan ayah. Dia adalah pilihanmu.

Kalau ayah menolak, ayah tak tega melihatmu terluka. Tapi ayah takut dan belum sepenuhnya percaya. Kalau saja ayah katakan untuk menunggu beberapa waktu dulu, ayah takut kamu akan memusuhi ayah. Ayah khawatir dia tidak bisa menjagamu seperti ayah, menyayangimu seperti ayah, bertanggung jawab atasmu seperti ayah.

“Putriku pasti akan bilang, “iya”, tapi tunggu dulu, buat ayah percaya. Lakukan itu sebagai tanda keseriusanmu.”


Maafkan ayah sayang.. Menikah bukan perkara mudah.

Senin, 11 Januari 2016

Kalau seperti ini keadaaannya aku bisa gila memikirkannya. bagaimana mungkin mengumpulkan uang sebanyak itu jika pekerjaan yang aku lakoni hanya melamun saja.

"katanya mau nikah? dalam mimpi? hahahaha.."

rasanya ingin aku gampar mulutnya dengan parutan kelapa, atau kalau tidak memasukkan cabe dalam tahu dan menyuguhkan kepadanya. orang itu terus nyinyir jika mendapatiku sedang terdiam memandangi jendela atau sedang bertopang dagu. atau melihatku tiba2 geleng-geleng kepala dan mengerjap-kerjapkan mata. seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"kaya gitu kok mau nikah.. hahahahah"

jengah aku melihatnya atau mendengar kata-kata darinya. kadang aku ingin menghilang barang sehari saja dari tempat kerja. entah seharian tidur dirumah atau sekadar duduk2 didepan mart-mart sambil membaca buku. kadang aku merasa lelah dengan hidupku sendiri dengan keputusanku sendiri.

entah mengapa rasanya jalan hidup ini mengalir tanpa bisa aku kendalikan. seperti aku hanya sebuah boneka yang dimainkan begitu saja tanpa tahu skenario yang aku perankan. seperti bukan inginku sendiri. bukankah hidup yang sempurna jika kemudi ada ditangan kita? tapi tidak denganku. aku tak bisa bebas, dari jeratan yang aku tak tahu apa namanya.