Kamis, 24 April 2014

Seperti biasa ku jalani hariku disekolah dengan si kurus, Sofi. Orangnya sederhana, tapi manis. Dengan jilbabnya, rasanya tak pernah jenuh setiap siapa yang memandang. Aku juga berjilbab, alhamdulillah, tak kalah manisnnya dengan si Sofi. He..he. ohh iya, namaku Haifa. Sofi biasa memanggil aku Ifa.

“Sof, ikut aku yuk! Fotocopy modul.”

“Goceng dulu….” (sambil nodong)

“Alamak, goceng doang? Hayoook dah..” jawabku menantang.

Lewat kelas tiga, masuk area parkiran, melintasi ruang guru, lobby, kantin dan stop! Sampailah di tempat fotocopian. Ku sodorkan modulnya, ku duduk sambil ngobrol sama Sofi. Tiba – tiba…

“Ipa a aa ah……….”

Ini pasti suara Jumarno..

“Apo Lek Jum, bisa ngga sih panggil nama yang bener? Ifa lek, IFA..!!”

“Heh, siapa dulu yang mulai?? Kamu kan? Masak nama keren Julian Marga Novandi jadi Jumarno, Plis deh..” (mukanya keriting)

“Ahihi, keren kan?”

“Mau kamu tak jitak????!!”

“Ahahahaha… ono opo Lek?

Dan… bla.. bla.. bla …bla…
Aku ngobrol banyak sama Lek Jum, ketua OSIS sekolahku. Dia memang dekat denganku, soalnya kami masih ada hubungan darah. Tapi kalau aku perhatikan, ketika aku sedang ngobrol dengan Jumarno, Sofi hanya menunduk dan sesekali ikut tersenyum mendengar candaanku dengan si Jum. Yahh..ku hela nafas dan tersenyum, Sofi tetap tidak berubah. Berbeda dengan ku yang kesannya selalu ceria dan supel.

Fotocopy selesai ku lanjutkan perjalanan kembali ke kelas. Kami ngobrol dan pukul – pukulan karna asyiknya bercanda, sesekali temen – temen cowok (yang cewek juga ada) menyapa kami, terutama aku. Dengan senyum renyah ku balas saja, tapi berbeda dengan Sofi.
Sesaat setelah mereka berlalu…

“Fa.. kok kamu bisa sih gitu? Akrab sama temen-temen, aku tuh selalu berusaha ramah dengan siapapun tapi kok rasanya tetep susah ya?

Aku tersenyum. “Kenapa sayang? Aku tuh juga biasa saja.”

“Aku tuh ga bisa ngobrol lepas, kaya ada batas.”

“Ya iya lah.. kamu menatap lawan bicara kamu saja ga bisa. Mungkin tu masalahnya.”

“Ahh.. bisa jadi. Aku malu Fa.. he..he
Aku ga berani melihat, rasanya kepalaku dah tersetting untuk menunduk”

Itulah Sof, karena kamu masih menanamkan rasa malu. Aku salut padamu.
“Makanya, belajar banyaklah dariku..hohohohhohohoho (sambil kuangakat tangan ku seperti pahlawan bertopengnya sinchan)

“Aiisshh.. dasar bocah kupret…”

Senyum kami mengembang..

Akhirnya aku tak perlu bersusah payah menanyakan hal ini padamu. Tadi malam aku dismsin sama Darma, temen satu organisasi ku.

“Fa, si Sofi itu sok kecantikan banget sih. Disapa Cuma senyum garing, ga liat orang yang menyapa pula. Sok jual mahal.!”

“Ga tau bung, kenapa kamu yang rumpi? Hahay, perhatian amat sihh.. ithiirr..ithirrr”

“Yeeee… cumii…… awas besok ya, tak hadang di depan gerbang ya pas pulang!!!”

“Mau ngapain? Berani kau?”

“Mau bonceng, hahahaha…”

“Dasar tokek…..!” -_-

Humh… kalau di pikir-pikir justru aku yang harus belajar darimu Sof, masih menjaga rasa malu, senantiasa berhati-hati dengan pandangan. Aku tahu, kamu pasti takut akan terjadi hal yang tidak baik kan? Misal nantinya banyak yang mulai ngajak sok akrab, goda-godain kamu gitu kalau bersikap manis. walau ga semua gitu sih.. tapi Intinya tetap ramah dan harus gadhul bashar kan, Sof? 
Sip deh ^_^

Ehh.. sms bung Darma ahh..

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya…”

Rabu, 23 April 2014

Kang Juna : "Neng Ijah, pernikahan kita tinggal sebentar lagi, segala persiapan sudah 80% hampir selesai."

Ijah : "Iya kang, semoga Allah melancarkan segalanya ya.. aamiin."

Kang Juna : "Aamiin. eh, Eneng sudah belajar masak belum?"

Ijah : "Tenang kang, everything is already ok. masak, dandan, dan segala sesuatu yang akan kita hadapi dalam rumah tangga kita sudah Eneng pelajari dan siapkan. tinggal menunggu hari yang indah itu, dimana kita selalu bersama, dimana kau yang pertama kali ku lihat saat ku membuka mata. akang yang akan menemaniku setiap detiknya.. ahh,, manis!"

Kang Juna: "Sabar neng, semua akan kita lewati bersama. persiapkan hati, karna semua pasti akan penuh onak duri, siapkan mental agar setiap masalah bisa diselesaikan dan segera netral, persiapkan iman agar hidup senantiasa nyaman dan aman, persiapkan jiwa karna kamu akan bekerja dua kali lipat dari biasanya, tak hanya mengurusi dirimu sendiri, tapi juga satriamu ini yang butuh kasih dari hatimu dengan tulus dan suci, persiapkan harta dunia, tak perlu berlimpah asalkan cukup, kalau mau beli mobil ya cukup.. ha ha ha..."

Ijah: "haha, Ahh, akang, bisa aja deh.."

Kang Juna: "hehe.. eh, neng Ijah, tuh ada yang manggil - manggil.."

Ijah : "Siapa kang?"

Kang Juna: "dengerin baik-baik.."

"ijaaaaaaaahh, Jaaaaaaaaahhh... Ijaaaaaaaaahhhhhhhh... ijaaaaaahhhhhhhhhh..
masyaAllah, jaaaaaaaahhhhhhhhh.. ijaaaaaaaaaaaahhhh.."

Ijah: " ebusett.. Iya.. nyaaaaaaaaa.."

"banguuunnn, hujan tuh, jemuran diangkatin.."

Ijah: "Suara nyonya tuh.. Iya nyaaaaa..."

Dengan tergopoh-gopoh Ijah lari keluar sambil membenarkan jilbabnya.
dalam hatinya, sembari mengangkat jemuran..
"astagfirullah, mimpi. hehehe
kang juna kang juna, arjunaku.. siapakah arjunaku..
Ya Allah, titip salam buat kang juna ya Allah, siapapun arjunaku nanti, segeralah datang, ajak aku sakinah, mawaddah, warahmah bersamamu, buatlah bunga tidur tadi bersemi didunia nyata.."
Asap tebal menyelimuti keramaian senja di jalan Kusumadani pinggiran kota Solo. Lalu lalang kendaraan membuat pak Polisi kewalahan. Sangat riuh. Aku nikmati perjalanan menuju gubuk indahku dengan masker yang aku kenakan. Sungguh, udara sore hari membuat nafasku engap. Aku kayuh sepeda mini warisan kakak dengan sesekali bersenandung. Aku hobi menyanyi, kata Ibu suara ku bagus. Kata Ibuku.
Ahh.. Ibu, aku ingin segera sampai rumah untuk menyantap apa yang telah kau olah. Tak hanya aku yang bersenandung, tapi juga perutku. Walau kadang hanya nasi dan sambal teri nasi yang nyuoosssh di lidah yang ada di meja makan kita. Mantab nian. Bagiku hanya dua jenis makanan yang paling nikmat di dunia ini, makanan masakan Ibuku dan makanan gratis.
“Mak’e, menu kita hari ini apa?”
“Ealah ndug, mbok ya ganti baju dulu, cuci tangan. Permisi dulu kek, kalau masuk rumah. Jangan main nyelonong saja, anak gadis itu harus punya image yang bagus.”
“Ahaha.. apa Mak? Image? Mak’e kok gaul ta?” sambil kuambil piring di rak.
“Haisshhhh… Taruh dulu piringnya. Ganti baju dulu!”
“Mak’e, perutku uda lapar. Nanti du….”
“Stop! Itu kebiasanmu burukmu harus dihilangkan. Ganti baju, cuci tangan. Gek ndang!. Kenapa juga kamu jan setengah lima baru pulang?”
“Latihan lomba Mak’e..” suaraku lemas sambil berlalu menuju kamar. Aku memang siswa yang aktif di sekolah. Dua minggu yang akan datang aku akan ikut lomba kepramukaan tingkat se-eks karisedenan Surakarta. Lomba antar Penegak dari berbagai SMK, SMA, MAN se-Surakarta. Hampir tiap hari aku pulang sore, bahkan pernah sampai jam tujuh malam. Pak’e yang selalu menjemputku di jalan dan menungguiku kalau aku pulang sampai malam. Tapi yang paling suka bernyanyi kalau aku pulang malam adalah Mbok’e, nenekku tercinta.
“Kok sampai wengi ta ndug? Sama siapa pulangnya? Anak mana? Makan dulu atau mandi dulu?  Pakai air anget apa ora? Bla..bla..bla...” Mbok’e, dari dulu aku kecil sampai sekarang selalu perhatian, melebihi Mak’e.
***

Seperti biasa, pulang sekolah aku langsung bergegas ke lapangan, berkumpul dengan siswa lain yang ikut lomba. Persiapan sudah hampir 65%. Alat, bahan materi dan segala perlengkapan sudah mulai dkumpulkan tinggal mematangkannya saja. Hari ini aku pulang lebih awal, jam tiga aku sudah bersiap pulang. Soalnya hanya gladi bersih saja untuk lmba PBB. Sedikit bernafas lega sambil ku nikmati hari ini untuk istirahat.
Kembali aku lewati jalan Kusumadani. Ohh iya, hari ini hari sabtu, pantas saja dari kejauhan aku lihat cewek cewek bohai pada berjoget – joget sambil memainkan musik ala kadarnya dengan gaya yang menggoda. Tentu saja cewek jadi-jadian. Aku mesem dibalik maskerku. Pemandangan yang selalu aku dapati tiap hari sabtu. Aku senang melihat timgkahnya yang kemayu kadang suka colek colek pengendara motor yang lewat, agak geli juga sih. Tapi juga kasian.
Lampu kuning baru saja menyala, para pengendara mengurangi kecepatannya siap-siap untuk berhenti. Stop! 60 detik lampu merah menyala. Aku ikut berhenti. Ku pandangi mereka, Miss Miss cantik yang sebenarnya adalah Mas Mas. Ku tatap dengan penuh tanya. Apa yang membuat mereka melakukan hal ini? Apakah ini hanya pekerjaan sampingan atau bukan? Apakah mereka tidak punya pilihan lain? Apakah mereka tidak punya potensi lain? Apakah mereka punya istri? Apakah mereka tidak malu melakukan hal itu? Bukankah masih banyak pekerjaan yang lebih baik daripada mengamen dengan gaya seperti itu? Bukankah ……
“pim..pim..pim… dik, kenapa kamu berhenti? Jalan!!”
Astagfirullah, belum selesai aku bertanya – tanya, dibelakangku sudah banyak pengendara motor dengan muka berkerut menatapku. Aku menghalangi jalan mereka, seharusnya kan aku jalan terus. Maafkan saya saudara saudara.  Ku lanjutkan perjalananku. Dan kali ini, ku layangkan imajinasiku kembali pada Miss Miss tadi. Kali ini aku tidak bertanya – tanya, tapi menjawab – jawab pertanyaanku dengan berbagai kata kemungkinan.
Mungkin mereka terpaksa (jelas lah!). mungkin hanya itu pilihannya. Mungkin mereka adalah pemalas, mungkin hanya kerjaan sampingan soalnya mereka ada setiap hari Sabtu. Mungkin saja itu hanya hiburan untuk dia menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Mungkin dan mungkin lagi. Aku takut salah, tak ku lanjutkan jawabanku.Entah, bahagiakah mereka menjalani ini semua.

Allah menciptakan berbagai macam kehidupan. Ada yang susah dan bahagia. Entah dia bahagia atau sedih, itu rahasia yang merasakan. Ya Allah, golongkanlah kami sebagai hamba yang beruntung. Aamiin.

Selasa, 22 April 2014

"Ketika kau marah dan cemburu
Kau kelihatan begitu cantik
Walau kadang mengesalkan
Kau selalu bertanya dan penuh curiga
Ku tahu kau takut kehilanganku

Begitupun aku, maafkan yang selalu kasar
Marah padamu
Meski tak ada lagi kata cinta terucap
Sekedar basa - basi
Tapi hatiku masih milikmu, milikmu"

Aku tersenyum kala mendengar lagu milik Zivilia “Aishiteru 3” itu. Tetangga sebelah yang membunyikan radio dengan keras sampai terdengar dari kamar mandiku. Ahh.. aku jadi ingat istriku tersayang.

Kami masih tergolong pengantin baru. 6 tahun masa pernikahan telah kami lalui dengan bahagia meskipun hidup dalam kesederharanaan. Tapi, Alhamdulillah semua kebutuhan selalu tercukupi berkat rengkuhan kasih sang khalik. Hari – hari kami juga selalu penuh ceria dan candi si kecil Fadil yang masih TK. Tingkah lakunya selalu membunuh penatku. Saat aku pulang dari kantor dia selalu lari ketika mendengar suara motorku dari kejauhan dan menghampiriku. Oh iya, kembali ke istriku.

Kartika Meida Zulfa yang cantik. Dulu kami sekantor, tapi karna kebijakan perusahaan salah satu dari kami harus ada yang keluar. Akhirnya istriku yang keluar, dia menjalankan usaha yang lain. Kini dia sedang menjalani usaha menjual jajanan pasar tiap paginya. Kelembutan dan pancaran keimanan dari paras cantiknya lah yang membuat aku jatuh cinta.

Tapi dibalik itu semua ternyata dia pecemburu berat. Dia selalu menanyakan apa saja yang aku kerjakan di kantor, setiap hari. Bayangkan, betapa posesifnya dia. Maklum, jabatanku memang menuntutku banyak berinteraksi dengan karyawan dan karyawati lain. Memang, ketika dia mulai ngedumel dan bermanja – manja saat mencurahkan rasa cemburunya kepadaku, aku merasa senang. Istriku, kamu perhatian sekali, kau selalu mebuatku merasa berarti. Tapi jangan keseringan, sayang.

Pernah suatu ketika, saat aku sedang lelah penat, aku tiduran di kursi ruang keluarga. Kulihat istriku dengan sedikit manyun keluar kamar sambil membawa ponselku.

“Abi, ini sms siapa? Kok mesra sih. Abi mulai main – main ya sekarang?”

“Mana sih? Sms yang mana? Ga ada kok.” Jawabku santai.

“Ini, siapa ini Maya?” mulailah dia ngedumel.

“Temen kerja ,sayang.”

“Abi kok santai banget sih jawabnya. Ini liat smsnya. Kecentilan banget, mesra juga. Abi nanggapin juga si Maya itu.” Titik bening membasahi pipinya.

“Ga ada apa – apa kok, biasa aja. Dia uda berkeluarga juga Mi.. itu tuh cuma ngomongin soal kerjaan aja.” Jawabku mencoba menjelaskan.

“Abi, ini liat dulu, baca. Jelas – jelas dia godain gitu. Kalau Abi ga mulai pasti dia juga ga gitu kan?”

Sambil ia mengoyak – oyak tubuhku terus dia paksa untuk mengakui hal yang tak pernah aku lakukan, menggoda Maya.

“Bii, ini lihat dulu deh.”

Perdebatan semakin panjang dan aku semakin emosi. Karna geram aku langsung bangun dengan raut marah dan ku rebut ponselku.

“Umi lihat, ini tanggal berapa? Ini udah 3 minggu yang lalu.” Ku lempar ponselku, remuk.
Ku tinggal dia masuk kamar dan ku lihat dia masih menangis. Maafkan aku sayang, aku kasar padamu. Hitung – hitung pelajaran untukmu. Aku tak pernah menggoda Maya, tak pernah.

Keesokan harinya aku buat sedikit kejutan. Aku sengaja bangun lebih awal supaya aku bisa mengamati gerak – geriknya setelah bangun tidur. Kulihatnya dari kejauhan. Ketika dia terbangun, kemudian dia duduk, dia langsung tersenyum. Jelas saja, karna dia telah membaca tulisan yang aku tempelkan pada dinding kamar. “I’m Sorry. I LOVE YOU”. Ku tunggu reaksi berikutnya.

Saat dia akan keluar kamar, dia tersenyum. Ganggang pintu ku tempel tulisan “I LOVE YOU”
Saat beranjak ke kamar mandi, dia tersenyum. Pintu kamar mandi aku temple tulisan “I LOVE YOU”
Saat keluar dari kamar mandi, dia tersenyum. Gayung, tembok dan kaca kamar mandi ku temple tulisan “I LOVE YOU”
Saat menuju dapur, dia tersenyum. Pintu lemari dapur aku tempel tulisan “I LOVE YOU”
Saat dia buka lemari, dia tersenyum. Gelas gelas didalamnya aku tempel tulisan “I LOVE YOU”
Saat dia ambil toples kopi dan gula, dia tersenyum. Dia lihat tulisan “I LOVE YOU”
Saat dia antarkan segelas kopi penuh cinta kepadaku, dia menangis
Diletakkan gelas itu, dipeluklah aku.

“Abi, Umi minta maaf ya.”

aku hanya tersenyum.

“Abi, maafin Umi.” Rengeknya.

“ Iya – iya, jangan ulangi lagi ya. Umi percaya sama Abi, Abi ga pernah main – main dengan siapapun. Hanya Umi yang jadi ratu dihati Abi.” Ku tatap matanya.
“Abi janji, Abi akan jadi yang terbaik untuk Umi, untuk Fadil.”

“Dan adiknya.” Kata istriku

“Adiknya?” aku termenung lama, lalu ku peluk lagi dia.

“iya Bii, Umi hamil lagi.”

Aku terharu. terima kasih untuk kejutannya sayang. “ I LOVE YOU”
Ku kecup keningnya. Tetaplah jadi pecemburu. Karna begitu, semakin dekat hubungan kita dan aku bisa lihat betapa kau mencintaiku.


“Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang – orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan).” (QS. Al-Furqan [25]:74)