Alunan Musik Mas – Mas Cantik
Asap tebal
menyelimuti keramaian senja di jalan Kusumadani pinggiran kota Solo. Lalu
lalang kendaraan membuat pak Polisi kewalahan. Sangat riuh. Aku nikmati
perjalanan menuju gubuk indahku dengan masker yang aku kenakan. Sungguh, udara
sore hari membuat nafasku engap. Aku
kayuh sepeda mini warisan kakak dengan sesekali bersenandung. Aku hobi
menyanyi, kata Ibu suara ku bagus. Kata Ibuku.
Ahh.. Ibu, aku
ingin segera sampai rumah untuk menyantap apa yang telah kau olah. Tak hanya
aku yang bersenandung, tapi juga perutku. Walau kadang hanya nasi dan sambal
teri nasi yang nyuoosssh di lidah
yang ada di meja makan kita. Mantab nian. Bagiku hanya dua jenis makanan yang
paling nikmat di dunia ini, makanan masakan Ibuku dan makanan gratis.
“Mak’e, menu
kita hari ini apa?”
“Ealah ndug, mbok ya ganti baju dulu, cuci
tangan. Permisi dulu kek, kalau masuk
rumah. Jangan main nyelonong saja,
anak gadis itu harus punya image yang
bagus.”
“Ahaha.. apa
Mak? Image? Mak’e kok gaul ta?” sambil kuambil piring di rak.
“Haisshhhh…
Taruh dulu piringnya. Ganti baju dulu!”
“Mak’e, perutku
uda lapar. Nanti du….”
“Stop! Itu
kebiasanmu burukmu harus dihilangkan. Ganti baju, cuci tangan. Gek ndang!. Kenapa juga kamu jan setengah
lima baru pulang?”
“Latihan lomba
Mak’e..” suaraku lemas sambil berlalu menuju kamar. Aku memang siswa yang aktif
di sekolah. Dua minggu yang akan datang aku akan ikut lomba kepramukaan tingkat
se-eks karisedenan Surakarta. Lomba antar Penegak dari berbagai SMK, SMA, MAN
se-Surakarta. Hampir tiap hari aku pulang sore, bahkan pernah sampai jam tujuh
malam. Pak’e yang selalu menjemputku di jalan dan menungguiku kalau aku pulang
sampai malam. Tapi yang paling suka bernyanyi kalau aku pulang malam adalah
Mbok’e, nenekku tercinta.
“Kok sampai wengi ta ndug? Sama siapa pulangnya?
Anak mana? Makan dulu atau mandi dulu?
Pakai air anget apa ora?
Bla..bla..bla...” Mbok’e, dari dulu aku kecil sampai sekarang selalu perhatian,
melebihi Mak’e.
***
Seperti biasa,
pulang sekolah aku langsung bergegas ke lapangan, berkumpul dengan siswa lain
yang ikut lomba. Persiapan sudah hampir 65%. Alat, bahan materi dan segala
perlengkapan sudah mulai dkumpulkan tinggal mematangkannya saja. Hari ini aku
pulang lebih awal, jam tiga aku sudah bersiap pulang. Soalnya hanya gladi
bersih saja untuk lmba PBB. Sedikit bernafas lega sambil ku nikmati hari ini
untuk istirahat.
Kembali aku
lewati jalan Kusumadani. Ohh iya, hari ini hari sabtu, pantas saja dari
kejauhan aku lihat cewek cewek bohai pada berjoget – joget sambil memainkan
musik ala kadarnya dengan gaya yang menggoda. Tentu saja cewek jadi-jadian. Aku
mesem dibalik maskerku. Pemandangan yang selalu aku dapati tiap hari sabtu. Aku
senang melihat timgkahnya yang kemayu kadang suka colek colek pengendara motor
yang lewat, agak geli juga sih. Tapi juga kasian.
Lampu kuning
baru saja menyala, para pengendara mengurangi kecepatannya siap-siap untuk
berhenti. Stop! 60 detik lampu merah menyala. Aku ikut berhenti. Ku pandangi
mereka, Miss Miss cantik yang sebenarnya adalah Mas Mas. Ku tatap dengan penuh
tanya. Apa yang membuat mereka melakukan hal ini? Apakah ini hanya pekerjaan
sampingan atau bukan? Apakah mereka tidak punya pilihan lain? Apakah mereka
tidak punya potensi lain? Apakah mereka punya istri? Apakah mereka tidak malu
melakukan hal itu? Bukankah masih banyak pekerjaan yang lebih baik daripada
mengamen dengan gaya seperti itu? Bukankah ……
“pim..pim..pim…
dik, kenapa kamu berhenti? Jalan!!”
Astagfirullah,
belum selesai aku bertanya – tanya, dibelakangku sudah banyak pengendara motor
dengan muka berkerut menatapku. Aku menghalangi jalan mereka, seharusnya kan
aku jalan terus. Maafkan saya saudara saudara.
Ku lanjutkan perjalananku. Dan kali ini, ku layangkan imajinasiku
kembali pada Miss Miss tadi. Kali ini aku tidak bertanya – tanya, tapi menjawab
– jawab pertanyaanku dengan berbagai kata kemungkinan.
Mungkin mereka
terpaksa (jelas lah!). mungkin hanya itu pilihannya. Mungkin mereka adalah
pemalas, mungkin hanya kerjaan sampingan soalnya mereka ada setiap hari Sabtu.
Mungkin saja itu hanya hiburan untuk dia menghadapi hiruk pikuk kehidupan.
Mungkin dan mungkin lagi. Aku takut salah, tak ku lanjutkan jawabanku.Entah,
bahagiakah mereka menjalani ini semua.
Allah
menciptakan berbagai macam kehidupan. Ada yang susah dan bahagia. Entah dia
bahagia atau sedih, itu rahasia yang merasakan. Ya Allah, golongkanlah kami
sebagai hamba yang beruntung. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar