Rabu, 23 April 2014

Alunan Musik Mas – Mas Cantik

Asap tebal menyelimuti keramaian senja di jalan Kusumadani pinggiran kota Solo. Lalu lalang kendaraan membuat pak Polisi kewalahan. Sangat riuh. Aku nikmati perjalanan menuju gubuk indahku dengan masker yang aku kenakan. Sungguh, udara sore hari membuat nafasku engap. Aku kayuh sepeda mini warisan kakak dengan sesekali bersenandung. Aku hobi menyanyi, kata Ibu suara ku bagus. Kata Ibuku.
Ahh.. Ibu, aku ingin segera sampai rumah untuk menyantap apa yang telah kau olah. Tak hanya aku yang bersenandung, tapi juga perutku. Walau kadang hanya nasi dan sambal teri nasi yang nyuoosssh di lidah yang ada di meja makan kita. Mantab nian. Bagiku hanya dua jenis makanan yang paling nikmat di dunia ini, makanan masakan Ibuku dan makanan gratis.
“Mak’e, menu kita hari ini apa?”
“Ealah ndug, mbok ya ganti baju dulu, cuci tangan. Permisi dulu kek, kalau masuk rumah. Jangan main nyelonong saja, anak gadis itu harus punya image yang bagus.”
“Ahaha.. apa Mak? Image? Mak’e kok gaul ta?” sambil kuambil piring di rak.
“Haisshhhh… Taruh dulu piringnya. Ganti baju dulu!”
“Mak’e, perutku uda lapar. Nanti du….”
“Stop! Itu kebiasanmu burukmu harus dihilangkan. Ganti baju, cuci tangan. Gek ndang!. Kenapa juga kamu jan setengah lima baru pulang?”
“Latihan lomba Mak’e..” suaraku lemas sambil berlalu menuju kamar. Aku memang siswa yang aktif di sekolah. Dua minggu yang akan datang aku akan ikut lomba kepramukaan tingkat se-eks karisedenan Surakarta. Lomba antar Penegak dari berbagai SMK, SMA, MAN se-Surakarta. Hampir tiap hari aku pulang sore, bahkan pernah sampai jam tujuh malam. Pak’e yang selalu menjemputku di jalan dan menungguiku kalau aku pulang sampai malam. Tapi yang paling suka bernyanyi kalau aku pulang malam adalah Mbok’e, nenekku tercinta.
“Kok sampai wengi ta ndug? Sama siapa pulangnya? Anak mana? Makan dulu atau mandi dulu?  Pakai air anget apa ora? Bla..bla..bla...” Mbok’e, dari dulu aku kecil sampai sekarang selalu perhatian, melebihi Mak’e.
***

Seperti biasa, pulang sekolah aku langsung bergegas ke lapangan, berkumpul dengan siswa lain yang ikut lomba. Persiapan sudah hampir 65%. Alat, bahan materi dan segala perlengkapan sudah mulai dkumpulkan tinggal mematangkannya saja. Hari ini aku pulang lebih awal, jam tiga aku sudah bersiap pulang. Soalnya hanya gladi bersih saja untuk lmba PBB. Sedikit bernafas lega sambil ku nikmati hari ini untuk istirahat.
Kembali aku lewati jalan Kusumadani. Ohh iya, hari ini hari sabtu, pantas saja dari kejauhan aku lihat cewek cewek bohai pada berjoget – joget sambil memainkan musik ala kadarnya dengan gaya yang menggoda. Tentu saja cewek jadi-jadian. Aku mesem dibalik maskerku. Pemandangan yang selalu aku dapati tiap hari sabtu. Aku senang melihat timgkahnya yang kemayu kadang suka colek colek pengendara motor yang lewat, agak geli juga sih. Tapi juga kasian.
Lampu kuning baru saja menyala, para pengendara mengurangi kecepatannya siap-siap untuk berhenti. Stop! 60 detik lampu merah menyala. Aku ikut berhenti. Ku pandangi mereka, Miss Miss cantik yang sebenarnya adalah Mas Mas. Ku tatap dengan penuh tanya. Apa yang membuat mereka melakukan hal ini? Apakah ini hanya pekerjaan sampingan atau bukan? Apakah mereka tidak punya pilihan lain? Apakah mereka tidak punya potensi lain? Apakah mereka punya istri? Apakah mereka tidak malu melakukan hal itu? Bukankah masih banyak pekerjaan yang lebih baik daripada mengamen dengan gaya seperti itu? Bukankah ……
“pim..pim..pim… dik, kenapa kamu berhenti? Jalan!!”
Astagfirullah, belum selesai aku bertanya – tanya, dibelakangku sudah banyak pengendara motor dengan muka berkerut menatapku. Aku menghalangi jalan mereka, seharusnya kan aku jalan terus. Maafkan saya saudara saudara.  Ku lanjutkan perjalananku. Dan kali ini, ku layangkan imajinasiku kembali pada Miss Miss tadi. Kali ini aku tidak bertanya – tanya, tapi menjawab – jawab pertanyaanku dengan berbagai kata kemungkinan.
Mungkin mereka terpaksa (jelas lah!). mungkin hanya itu pilihannya. Mungkin mereka adalah pemalas, mungkin hanya kerjaan sampingan soalnya mereka ada setiap hari Sabtu. Mungkin saja itu hanya hiburan untuk dia menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Mungkin dan mungkin lagi. Aku takut salah, tak ku lanjutkan jawabanku.Entah, bahagiakah mereka menjalani ini semua.

Allah menciptakan berbagai macam kehidupan. Ada yang susah dan bahagia. Entah dia bahagia atau sedih, itu rahasia yang merasakan. Ya Allah, golongkanlah kami sebagai hamba yang beruntung. Aamiin.

0 komentar: