Jangan Sok Kecantikan deh!
Seperti biasa ku jalani
hariku disekolah dengan si kurus, Sofi. Orangnya sederhana, tapi manis. Dengan
jilbabnya, rasanya tak pernah jenuh setiap siapa yang memandang. Aku juga
berjilbab, alhamdulillah, tak kalah manisnnya dengan
si Sofi. He..he. ohh iya, namaku Haifa. Sofi biasa memanggil aku Ifa.
“Sof, ikut aku yuk! Fotocopy modul.”
“Goceng dulu….” (sambil nodong)
“Alamak, goceng doang? Hayoook dah..” jawabku menantang.
Lewat kelas tiga, masuk area parkiran, melintasi ruang guru, lobby, kantin dan stop! Sampailah di tempat fotocopian. Ku sodorkan modulnya, ku duduk sambil ngobrol sama Sofi. Tiba – tiba…
“Ipa a aa ah……….”
Ini pasti suara Jumarno..
“Apo Lek Jum, bisa ngga sih panggil nama yang bener? Ifa lek, IFA..!!”
“Heh, siapa dulu yang mulai?? Kamu kan? Masak nama keren Julian Marga Novandi jadi Jumarno, Plis deh..” (mukanya keriting)
“Ahihi, keren kan?”
“Mau kamu tak jitak????!!”
“Ahahahaha… ono opo Lek?
Dan… bla.. bla.. bla …bla…
Aku ngobrol banyak sama Lek Jum, ketua OSIS sekolahku. Dia memang dekat denganku, soalnya kami masih ada hubungan darah. Tapi kalau aku perhatikan, ketika aku sedang ngobrol dengan Jumarno, Sofi hanya menunduk dan sesekali ikut tersenyum mendengar candaanku dengan si Jum. Yahh..ku hela nafas dan tersenyum, Sofi tetap tidak berubah. Berbeda dengan ku yang kesannya selalu ceria dan supel.
Fotocopy selesai ku lanjutkan perjalanan kembali ke kelas. Kami ngobrol dan pukul – pukulan karna asyiknya bercanda, sesekali temen – temen cowok (yang cewek juga ada) menyapa kami, terutama aku. Dengan senyum renyah ku balas saja, tapi berbeda dengan Sofi.
Sesaat setelah mereka berlalu…
“Fa.. kok kamu bisa sih gitu? Akrab sama temen-temen, aku tuh selalu berusaha ramah dengan siapapun tapi kok rasanya tetep susah ya?
Aku tersenyum. “Kenapa sayang? Aku tuh juga biasa saja.”
“Aku tuh ga bisa ngobrol lepas, kaya ada batas.”
“Ya iya lah.. kamu menatap lawan bicara kamu saja ga bisa. Mungkin tu masalahnya.”
“Ahh.. bisa jadi. Aku malu Fa.. he..he
Aku ga berani melihat, rasanya kepalaku dah tersetting untuk menunduk”
Itulah Sof, karena kamu masih menanamkan rasa malu. Aku salut padamu.
“Makanya, belajar banyaklah dariku..hohohohhohohoho (sambil kuangakat tangan ku seperti pahlawan bertopengnya sinchan)
“Aiisshh.. dasar bocah kupret…”
Senyum kami mengembang..
Akhirnya aku tak perlu bersusah payah menanyakan hal ini padamu. Tadi malam aku dismsin sama Darma, temen satu organisasi ku.
“Fa, si Sofi itu sok kecantikan banget sih. Disapa Cuma senyum garing, ga liat orang yang menyapa pula. Sok jual mahal.!”
“Ga tau bung, kenapa kamu yang rumpi? Hahay, perhatian amat sihh.. ithiirr..ithirrr”
“Yeeee… cumii…… awas besok ya, tak hadang di depan gerbang ya pas pulang!!!”
“Mau ngapain? Berani kau?”
“Mau bonceng, hahahaha…”
“Dasar tokek…..!” -_-
Humh… kalau di pikir-pikir justru aku yang harus belajar darimu Sof, masih menjaga rasa malu, senantiasa berhati-hati dengan pandangan. Aku tahu, kamu pasti takut akan terjadi hal yang tidak baik kan? Misal nantinya banyak yang mulai ngajak sok akrab, goda-godain kamu gitu kalau bersikap manis. walau ga semua gitu sih.. tapi Intinya tetap ramah dan harus gadhul bashar kan, Sof?
Sip deh ^_^
Ehh.. sms bung Darma ahh..
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya…”
“Sof, ikut aku yuk! Fotocopy modul.”
“Goceng dulu….” (sambil nodong)
“Alamak, goceng doang? Hayoook dah..” jawabku menantang.
Lewat kelas tiga, masuk area parkiran, melintasi ruang guru, lobby, kantin dan stop! Sampailah di tempat fotocopian. Ku sodorkan modulnya, ku duduk sambil ngobrol sama Sofi. Tiba – tiba…
“Ipa a aa ah……….”
Ini pasti suara Jumarno..
“Apo Lek Jum, bisa ngga sih panggil nama yang bener? Ifa lek, IFA..!!”
“Heh, siapa dulu yang mulai?? Kamu kan? Masak nama keren Julian Marga Novandi jadi Jumarno, Plis deh..” (mukanya keriting)
“Ahihi, keren kan?”
“Mau kamu tak jitak????!!”
“Ahahahaha… ono opo Lek?
Dan… bla.. bla.. bla …bla…
Aku ngobrol banyak sama Lek Jum, ketua OSIS sekolahku. Dia memang dekat denganku, soalnya kami masih ada hubungan darah. Tapi kalau aku perhatikan, ketika aku sedang ngobrol dengan Jumarno, Sofi hanya menunduk dan sesekali ikut tersenyum mendengar candaanku dengan si Jum. Yahh..ku hela nafas dan tersenyum, Sofi tetap tidak berubah. Berbeda dengan ku yang kesannya selalu ceria dan supel.
Fotocopy selesai ku lanjutkan perjalanan kembali ke kelas. Kami ngobrol dan pukul – pukulan karna asyiknya bercanda, sesekali temen – temen cowok (yang cewek juga ada) menyapa kami, terutama aku. Dengan senyum renyah ku balas saja, tapi berbeda dengan Sofi.
Sesaat setelah mereka berlalu…
“Fa.. kok kamu bisa sih gitu? Akrab sama temen-temen, aku tuh selalu berusaha ramah dengan siapapun tapi kok rasanya tetep susah ya?
Aku tersenyum. “Kenapa sayang? Aku tuh juga biasa saja.”
“Aku tuh ga bisa ngobrol lepas, kaya ada batas.”
“Ya iya lah.. kamu menatap lawan bicara kamu saja ga bisa. Mungkin tu masalahnya.”
“Ahh.. bisa jadi. Aku malu Fa.. he..he
Aku ga berani melihat, rasanya kepalaku dah tersetting untuk menunduk”
Itulah Sof, karena kamu masih menanamkan rasa malu. Aku salut padamu.
“Makanya, belajar banyaklah dariku..hohohohhohohoho (sambil kuangakat tangan ku seperti pahlawan bertopengnya sinchan)
“Aiisshh.. dasar bocah kupret…”
Senyum kami mengembang..
Akhirnya aku tak perlu bersusah payah menanyakan hal ini padamu. Tadi malam aku dismsin sama Darma, temen satu organisasi ku.
“Fa, si Sofi itu sok kecantikan banget sih. Disapa Cuma senyum garing, ga liat orang yang menyapa pula. Sok jual mahal.!”
“Ga tau bung, kenapa kamu yang rumpi? Hahay, perhatian amat sihh.. ithiirr..ithirrr”
“Yeeee… cumii…… awas besok ya, tak hadang di depan gerbang ya pas pulang!!!”
“Mau ngapain? Berani kau?”
“Mau bonceng, hahahaha…”
“Dasar tokek…..!” -_-
Humh… kalau di pikir-pikir justru aku yang harus belajar darimu Sof, masih menjaga rasa malu, senantiasa berhati-hati dengan pandangan. Aku tahu, kamu pasti takut akan terjadi hal yang tidak baik kan? Misal nantinya banyak yang mulai ngajak sok akrab, goda-godain kamu gitu kalau bersikap manis. walau ga semua gitu sih.. tapi Intinya tetap ramah dan harus gadhul bashar kan, Sof?
Sip deh ^_^
Ehh.. sms bung Darma ahh..
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya…”
0 komentar:
Posting Komentar