Ini Kekuatan Do’aku, Bagaimana Kekuatan Do’amu?
Siapa sih yang mau jadi orang tidak kaya? Siapa sih yang
mau jadi orang susah? Siapa sih yang mau hidup berkekurangan? Kamu? Dia?
Mereka? Atau aku? Tidak! Sama sekali bukan sebuah mimpi, bukan sebuah cita –
cita, bukan sebuah keinginan, bahkan dengan membayangkan semua itu saja rasanya
sudah menderita. Tapi apa daya sih, posisi itu memang ada, banyak! Aku kalau
disuruh memilih, aku pasti tidak akan mau memilih posisi itu. Mau apalagi deh,
semua sudah jadi jalanNya kok, mungkin lebih tepatnya hasil dari perbuatan yang
telah lalu. Mungkin pendidikan orang tua yang rendah jadi pekerjaan yang
didapat juga tidak bisa menghasilkan uang banyak. Aku tidak mau menyalahkan
orang tua ku. Karna pasti orang tuaku sebenarnya juga tidak mau berada di
posisi ini.
Sebagai anak dari keluarga yang “sederhana” yang
kehidupannya biasa – biasa saja aku mencoba memaknainya secara bijak. Mau
mengeluh tuh rasanya ga bisa. Melihat orang tuaku saja rasanya sudah kasian
kalau aku mau berkeluh kesah. ayahku, lelaki hebat penakluk segala musim, dari
musim tanaman apa saja tangan kuat ayah ikut andil dalam penggarapannya. Tapi
bukan tanaman kami sendiri. Ayahku seorang buruh tani. Ibuku.. ibu rumah tangga
biasa, tapi sering kali ibu juga ikut ke sawah misal ada yang minta jasanya,
nanem padi, buruh tanaman tembakau atau lain – lain. Itu pun kalau ada yang
butuh jasanya. Aku, anak sulung sekaligus anak bungsu, alias semata wayang. Ga
punya saudara euy, ga ada hiburan, ga ada yang diajak saling berbagi. Tapi,
syukurlah, ibu dan ayah jadi tidak berat untuk membiayai sekolahku.
Besok senin uda mau ujian kelulusan, entah ujian praktik,
uas, unas. Sebenarnya aku sudah siap menghadapi itu semua, belajar oke, badan
uda fit, peralatan siap. Tapi ada satu hal yang aku benci dan aku takut
menghadapinya. Masalah administrasi, aku takut menghadap ayah ibu. Tapi mau
bagaimana lagi, itu syarat sahnya ikut ujian. Huuhhffhht!
“oohh, ya besok diusahakan ndug. Ayah masih punya gabah
beberapa karung, besok biar digilingke ibumu, biar dijual berasnya, sebagian
buat makan sehari – hari. Kalau masih kurang ya nanti ayah carikan.”
Ayah, aku akan buktikan, akan aku tuntaskan segala
penderitaan ini. Kalau pun ayah mau tetap bertani,biar hasilnya ayah tabung ya.
Doakan aku.
Ayah, Ibu, doa kalian terkabul. Setelah selesai ujian,
aku mengikuti tes di salah satu Perusahaan. Tak ku sangka, tak ku duga, tak ku
nyana, aku lolos. Padahal, aku tak berharap banyak bisa diterima disitu. bayangkan
saja, tes bidang akademik aku tidak bisa ngerjain. Memang, aku kurang pintar di
bidang itu. Tapi, mungkin ini rejeki kita yah, bu. Ini jawaban dari
permasalahan hidup kita. Kita sudah saatnya bangkit dari keterpurukan. Dan tau
ga yah, bu, mulai minggu depan aku dah mulai kerja, padahal pengumuman
kelulusan belum dilaksanakan. Subhanallah walhamdulillah walaa illahaillallah
wallahu akbar.
“Yah, ini ada sedikit tabungan Nabil buat ayah. Buat
benerin motor ayah aja, buat servis.” Ayahku menerimanya dengan mata berkaca –
kaca. Aku segera berlalu agar air mata ku tidak tumpah didepan ayah. Sudah 6 bulan
aku bekerja, Alhamdulillah aku bisa menabung untuk aku berikan kepada ayah dan
ibu. Kembali Allah menurunkan berkahnya untukku. Baru 6 bulan bekerja
perusahaan tempatku bekerja sudah mengangkat ku sebagai pegawai tetap. Karena
mereka menilai kinerjaku sangat bagus dan bisa diandalkan. Ketika ibu ku
mendengar kabar itu beliau langsung bergembira, ini buah dari prihatinmu selama
ini nak, ibu bilang begitu padaku.
“assalamu’alaikum mbak Nabil, apa kabar? Sekarang kuliah
atau kerja mbak? Dimana?” sms dari adik kelasku.
“wa’alaikumussalam wr wb, Alhamdulillah baik dek.
Kamu? Sekarang aku kerja dek, di
perusahaan X, di Solo. Kamu bagaimana sekolahnya?” balasku.
“Alhamdulillah baik juga mbak. Wuah, langsung kerja ya
mbak, hebat. Beruntung banget. Hehe. Sekolahku lancar aja kok mbak, mulai bulan
ini sudah mulai Prakerin.”
“biasa saja dek, mungkin sudah rejekinya. Ohh, yang rajin
sekolahnya ya.”
“iya mbak, sip. Mbak kasih tau dong kiat biar bisa langsung
dapet kerja.”
“wuadu, gimana ya dek. Kalau yang aku lakuin dulu sih
Cuma do’a sama usaha. Sholat yang rajin, abis itu do’a yang bener dan
konsisten, dulu aku doa’anya gini dek, ‘ya Allah golongkanlah hamba sebagai
anak yang selalu beruntung, dekatkanlah jodoh hamba yang sesuai hati nurani
hamba, dan mudahkanlah hamba mencari pekerjaan setelah lulus sekolah nanti’ itu
aku doaku dari kelas satu sampai dapet kerja dek, Alhamdulillah makbul.
Terserah kamu sih dek format doanya mau yang bagaimana. Hehe. usahanya juga
harus kenceng ga boleh ngeluh. Gitu aja sih, ga ada kiat khusus kok. ”
“ohh, siap deh mba.
makasih banyak ya mbak.. besok aku sms lagi ya.”
“iya dek.”Itu sms ku sama adik kelasku. Katanya dia
ngefans sama aku. Entah apa yang dia kagumi dariku. Aku sendiri tak mengerti.
Ada lagi temenku yang bertanya tentang kiat ku mendapat
pekerjaan dan bisa langsung jadi pegawai tetap.
“Nabil, kok kamu beruntung banget sih. Belum lulus dah
dapet kerja, sekarang sudah jadi pegawai tetap. Enak banget ya.”
“hehe, Alhamdulillah. Rejeki sudah diatur, kamu juga
beruntung kan udah bisa kerja.”
“iya juga sih, tapi kerjaan kamu lebih enak, ringan dan
gajinya juga lumayan.”
“Alhamdulillah, ga ada yang instan. Semuanya melalui
proses.”
Iya, proses. Bersakit sakit dahulu bersenang senang
kemudian. Ingat kan peribahasa itu. Sebelum aku merasakan bahagiaku saat ini,
sebelumnya aku menelan perihnya hidup dulu. Di hidupku yang dulu serba
“sederana” mengajariku tentang banyak hal. Terutama bersyukur. Dulu waku masih
sekolah, temen temen pada naik motor, aku naik sepeda. Tapi aku bersyukur,
selain bisa sekalian olahraga, juga ngirit ongkos. Sekadar menghibur hatiku. Dulu, aku sama
sekali tak punya banyak uang, sekalinya aku bisa nabung, pasti sudah habis
untuk fotocopi lah, beli ini itu lah. Habis. Pokoknya dulu tuh serba susah. Tapi
justru itu semua yang mndekatkanku dengan
Allah dan keberuntungan itu. Aku mulai puasa senin kamis, rajin dhuha,
tahajud, lebih menghargai apa yang aku punya, selalu khusnudzon pada Allah. Aku
juga ikut organisasi osis dan rohis. Yah, penngalamanku tambah banyak, lebih mengerti
tentang berbagai karakter, dan dari situ aku mulai bisa percaya diri kalau aku
bisa. Selama berorganisasi melatihku untuk jadi jiwa yang bisa bertanggung
jawab, mandiri, bisa diandalkan, dan tidak gampang mengeluh, ada masalah
langsung hadapi. Selesai.
Mungkin itu yang jadi pertimbangan perusahaan saat
menerimaku jadi pegawai. Aku sudah mempunyai keterampilan dan bisa dipercaya.
Segala puji hanya bagi Allah. Sekarang tinggal ku nikmati hasil nya dan terus
berjuang, inilah awal dari perjuangan yang baru. Selalu mudahkan langkah hamba
ya Allah. Terima kasih atas segala kesusahan yang engkau limpahkan kepada
hamba, ini menjadikan hamba lebih mengerti tentang makna hidup. Jangan jadikan
hamba sebagai jiwa yang sombong yang Allah atas apa yang telah hamba peroleh,
lindungi hamba dari sifat kikir, dan golongkanlah hamba sebagai hamba yang
pandai bersyukur, aamiin.
Digolongkan sebagai orang yang beruntung, sudah. Dapet
kerja juga sudah, tinggal jodohnya yang belum. Do’a yang kenceng lagi, Nabil……
^^
0 komentar:
Posting Komentar