Jumat, 15 Agustus 2014

Jangan Ragu Berjilbab



Mereka cantik sekali, meskipun tidak ada pembeda diantara mereka. Warna, bentuk dan cara memakainya sama. Ya iyalah, seragam sekolah.  Manis, rapi, anggun dan aman. Tidak sepertiku yang masih memakai rok pendek. Ah, cantik! Aku selalu terpukau melihat adik kelas, teman – temen ku atau kakak kelas yang memakai jilbab. Bagaimana pun bentuk wajahnya dimataku mereka cantik. Iya, cantik!

Kebetulan, teman main, ngumpul, ngerjain tugas dan kemana – mana kebanyakan berjilbab. Jadi  jika aku berjalan bersama mereka hanya aku yang belum tertutup, masih bisa  dikonsumsi publik. Ngeri! Sebelumnya sih, aku biasa saja, tapi aku seperti orang asing jika dilihat. Seperti bukan golongan mereka. Bahkan aku pernah dikira non muslim ketika bersama teman – temanku, karena aku tidak berjilbab sendiri. Ternyata, jilbab adalah identitas.

Rasa kagumku semakin bertambah, rasanya sejuk melihat orang berjilbab. Aku tak pernah memakai jilbab kecuali di pengajian atau saat bepergian jauh. Ah, terlalu! Aku pernah memakai jilbab, sekali, karena  aku lupa bawa seragam pramuka, aku cuma memakai seragam olahraga. Aku pinjem temenku, tapi dia berjilbab. Tak apa, sekali – kali bikin sensasi. Dan responnya bagus uey, pada bilang aku cantik. Ahay! Aku sendiri juga nyaman memakainya. Gejolak untuk berjilbab akhirnya tumbuh. Aku mulai cerita pada temanku tentang niatku untuk berjilbab. Dia mendukung. Tapi bukan hanya dukungan yang aku butuhkan kawan, tapi seragam dan jilbabnya! Aku tanya dengan seorang sahabatku, dia bersedia meminjamiku rok osis dan seragam pramuka plus jilbabnya. Alhamdulillah. Allah tahu yang ku mau.

Yang jadi masalah adalah, seragam identitas sekolah. Tak ada yang punya. Aku cari sana sini, tanya temen temen yang lain, hasilnya nihil. Ya Allah, saya niat banget loh ini, mudahkanlah. Eits, doa ku dikabulkan, cepet banget kan? Kalau niat baik itu pasti akan dipermudah jalannya. Suatu hari, aku bermimpi, ada seorang temenku yang mempunyai tetangga yang dulunya adalah alumni sekolahku. Berbekal petunjuk bunga tidur itu, walau percaya dan tidak aku iseng – iseng tanya temanku yang ada di dalam mimp itu. Ternyata tidak ada. Tapi, jangan sedih dulu, justru yang punya adalah teman sebangku teman yang aku mimpiin tadi. Alhamdulillah! (lagi). Yes! Lengkap sudah. Sekarang kemana- mana kau akan lihat aku dengan teman -  teman ku sama. Manis, rapi, anggun, dan cantik. Hehehehe.

Itu cerita ku saat aku kelas dua. Kali ini berbeda cerita saat aku kelas tiga. Ini ujian! Untuk foto ijasah, banyak teman temanku sendiri memilih melepas jilbabnya. Temenku sendiri . Yang aku jadikan cermin. Waw! Alasannya sih katanya kalau melamar kerja foto ijasah harus tidak berjilbab walau kesehariannya berjilbab biar kelihatan bentuknya (ga ada cacat maksudnya). Di satu sisi ingin menunjukkan wajah sempurna, satu sisi ini adalah aurat, jadi harus ditutup. Ternyata aku galau juga. Tapi kok gitu sih? Alasan klasik. Aku ga mau, aku ga mau lepas. Aku perjuangannya susah loh. Aku tetap memakai jilbab. Toh, rejeki Allah yang atur, pasti ada pekerjaan yang bisa ku dapat tanpa harus melepas jilbabku. Jepret, selesai.

Sambil menunggu hasil kelulusan, saatnya hunting job. Aku sudah siap melamar kerja di suatu perusahaan di Jakarta. Tapi, ternyata ibu tidak mendukung. Alasannya karena jauh, takut ga ada yang ngawasin pergaulanku disana. Sedikit protektif. Akhir kata, nurut sajalah. Akhirnya ada saudaraku yang menawarkan pekerjaan untukku, tempatnya di Jogja. Katanya gaji di Jogja dan di Jakarta yang tadinya mau aku lamar itu sama. Jelas dong pilih yang deket. Tapi syaratnya, ga boleh pakai jilbab, soalnya itu bos nya Chinese, jadi kalau mau berjilbab kalau uda pulang atau pas di kost. Jleb, ujian kedua, duh Gusti! Ibu semangat mengomporiku untuk kerja di Jogja, udah deket, ada asramanya, proses masuknya nanti bisa dipermudah dengan adanya mbakku disitu, gaji gede pula. Hiks.. tapi jilbabku.. aku terpaksa mengiyakan tawaran itu. Memang lowongan kerja di sekolahku masih banyak, tapi tidak lebih baik dari yang di Jakarta sama di Jogja, kata Ibu, “Eman”. Baiklah bundo, nurut sajo lah.

Karena sudah dijamin sama mbakku, aku santai melenggang menunggu pengumuman. Ngapain ribet, aku dah dapet kerja. Hohoho. Deg – degan banget nunggu pengumuman, bagaimana hasilnya ya? Aku ngerjain sendiri loh, kalaupun nanti hasilnya jelek ga papa deh, aku usaha sendiri. Nilai ku tetep bagus dimata Allah, itu hasil kejujuranku. Ecieeeh…. Tapi deg – degan ku nambah nih, mbak ku bilang sama Ibu ku, ternyata masih nunggu sekitar tiga bulanan lagi kalu mau daftar ditempat kerja mbakku, nunggu ada yang keluar dulu dari situ dan aku ceritanya buat cadangan. Bah, lama kali. Tiga bulan, trus aku ngapain dong selama itu. Singkat cerita, gantian aku yang kalang kabut cari kerja. Temen – temen ku uda ada yang berangkat kerja sebelum pengumuman tapi aku bingung sendiri. Nah loh!

Mau daftar dimana ya? Telat, uda pada tes semua. Pasti kalian tanya kenapa ga kuliah? Ga ada ongkos euy, makanya mau kerja dulu, insyaAllah kalau ada kesempatan lanjut kuliah. Eits, balik lagi ke pekerjaan. Aku masih belum dapet. Putus asa. Sedih, nyesel. Kenapa dulu aku ngga sambil daftar yang lain yang. Huhuhu.  Yah, namanya penyesalan datangnya di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran, katanya sih gitu.  Tapi, sekali lagi, niat baik pasti akan ada jalan keluarnya.

Suatu hari, aku ke ruangan Konseling dan bertemu dengan bu guru BK. Ternyata disitu aku disuruh nyebarin info lowongan kerja di suatu pabrik sarung tangan. Tapi bukan jadi buruh, yang dibutuhkan pas bagian administrasi. Pas banget saudara! Aku lagi butuh kerjaan tiba – tiba ada lowongan kerja baru. Sesuatu banget ga tuh! Alhamdulillah (sekali lagi). Tanpa basa basi aku siapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk melamar kerja di pabrik itu. Dengan penuh semangat tentunya. Semoga allah berikan yang terbaik.

Dan, benar saja. Setelah melewati proses panjang, tes ini itu, akhirnya aku diterima. Di-te-ri-ma! Subhanallah.  Aku dan temenku berdua yang diterima disitu. Terima kasih ya Allah. Dan, satu lagi nikmat yang Allah beri untukku. Disitu tidak ada ketentuan khusus dalam berpakaian, ini artinya bebas dong. Aku bebas berjilbab. Iya, berjilbab! Allahu akbar!

Betapa Allah menyayangiku. Hanya karna aku ingin mempertahankan jilbabku Allah memberikan kemudahan untukku. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana aku memperbaiki hati dan akhlakku agar seimbang  dengan pakaian yang aku kenakan. Ketika aku pakai jilbabku, aku merasa nyaman dan aman, tidak sembarangan orang bisa melihat kecantikanku. Terkadang aku merasa miris ketika aku melihat perempuan dengan pakian minim – minim. Aku jadi ingat ketika aku dulu belum berjilbab. Betapa banyak orang yang dengan bebas melihatku, bentuk tubuhku, rambutku yang tergerai yang pastinya menimbulkan pikiran yang sedemikian rupa, ada yang beristighfar atau bahkan ada yang menikmatinbya. Astagfirullah betapa rendahnya aku.

Bukan kah menutup aurat itu suatu keharusan? Jangan menunggu hidayah Allah untuk berjilbab. Tapi jemputlah dengan penuh harap dan ketulusan. Niscaya Allah akan permudah segala hal yang diniatkan untuk kebaikan. Dengan jilbab kita akan terlindung. Bahkan banyak yang mendoakan kita. Kok bisa? Iya. Kalau kita lewat di depan orang dengan pakaian yang minim, banyak yang godain, tapi berbeda kalau kita berpakaian rapat, rapi dan berjilbab, justru mereka mengucapkan salam. Apakah kamu pernah mengalaminya? J aku sudah.

Berjilbab, hal yang wajib untuk setiap muslimah. Untuk teman – teman yang belum berjilbab segera berjilbablah, temukan segudang rahasia indahnya yang tertutup itu dan sekian banyak keajaiban – keajaiban sehubungan dengan jilbabmu. Beda orang beda cerita tentunya.  Bagi saudariku yang sudah berjilbab semoga Allah selalu menetapkan hati kita agar selalu beristiqomah berada dijalanNya. Tetap jaga keimanan, perbaiki akhlak dan semangat menggapai ridhonya. Aamiin..
Ups, kepanjangan ya. Hehehe. Alhamdulillah, Aku bersyukur kepada Allah atas nikmatnya , atas pekerjaan dan jilbabku. Semoga barokah. J aamiin
Itu pengalamnku dengan jilbabku saudara, semoga bermanfaat. Salam manis dari yang manis.


0 komentar: